t i g a p u l u h e n a m

1K 71 5
                                    

"Ra, buka pintunya dulu, sayang."

Jenar sudah berkali-kali mengetuk pintu kamar adiknya setelah pulang bekerja, namun gadis itu tak kunjung membukakan pintu untuknya.

"Aku bingung banget, yang." Jenar mengacak-acak rambutnya frustasi kemudian menyenderkan kepalanya pada bahu sang pacar.

Wanita itu hanya diam sambil mengelus kepala Jenar. "Nanti biar aku yang ngomong sama Ara. Barangkali dia mau terbuka, karena kita sesama perempuan." Ujar Rana sambil terus mengelus kepala Jenar.

Jenar mengangguk kemudian mencium pipi pacarnya. "Aku mandi dulu, abis itu masak buat makan kita." Jenar berujar kemudian berdiri hendak berjalan menuju kamar.

"Biar aku aja yang masak. Kamu mandi aja." Ucap Rana membuat lelaki itu berbalik.

"Beneran? Emang kamu gak capek?"

Rana menggeleng. "Biar aku aja yang masak." Jawabnya tegas.

"Okey, aku mandi dulu." Jenar berujar kemudian kembali melanjutkan langkahnya menuju kamar.

Sementara Dewa, lelaki itu sejak tadi hanya duduk didepan pasangan yang mengumbar kemesraan itu dengan raut frustasi. Pacarnya tidak mau keluar kamar sejak diantar pulang.

"Kenapa lo?!" Rana berujar galak begitu melihat raut frustasi Dewa.

"Enggak, Kak. Buset, galak amat!"

Lelaki itu kemudian bangkit dari tempat duduknya kemudian berjalan menuju kamar Ara.

"Ra, ini aku, Dewa. Buka pintunya ya, sayang?" Dewa berujar lembut namun tak kunjung mendapatkan jawaban.

Sejak mengantarkan Ara kerumah, gadis itu turun dari motor kemudian berlari menuju kamar dan mengurung diri sejak pagi hingga malam. Gadis itu bahkan melewatkan waktu makan siangnya.

Entah apa yang dilakukannya. Yang jelas, Dewa sangat khawatir.

"Ra. Buka dulu yuk pintunya. Aku khawatir banget. Kamu belum makan dari siang, sayang." Dewa kembali mengetuk pintu kamar pacarnya.

"Ra... Jangan gini dong, semuanya khawatir sama kamu."

Diam. Tak ada respon apapun dari gadis yang dicintainya.

Deringan dari ponselnya membuat perhatian lelaki itu teralihkan. Kemudian Dewa menekan tombol hijau setelah mengetahui siapa yang menelponnya.

"Hmm."

"..."

"Iya, gue tau. Lo bisa cari tau gak siapa yang udah memposting video itu?"

"..."

"Okey, thanks."

"..."

"Dia masih belum keluar dari kamar. Gue khawatir banget. Belum makan dari siang pula. Pusing banget gue."

"..."

"Okey, makasih banget sekali lagi."

Telepon ditutup bersamaan dengan pintu kamar yang kini terbuka, menampilkan wajah gadis yang kini tampak menyedihkan.

Ara keluar dari kamar dengan mata sembabnya. Gadis itu telah berganti pakaian dengan menggunakan baju tidur. Tanpa banyak kata, Dewa langsung memeluk gadisnya.

"Sssst... Everything will be fine, Okey?" Ujarnya sambil mengelus rambut gadis yang dicintainya. "Aku akan selalu ada untuk kamu." Lanjutnya dengan penuh keseriusan.

"Mereka bilang aku murahan, Wa..."

Dewa melepas pelukan mereka. Lelaki itu memegang kedua bahu pacarnya. Kemudian memandang wajah Ara lekat. "Kamu gak murahan." Ujarnya meyakinkan. "Gak usah dengerin apa kata orang, mereka gak tau kenyataannya kayak apa." Lanjutnya kemudian kembali memeluk gadis itu.

"Aku baca komentar dipostingan itu. Komentarnya jahat—"

"Sssst. Hape kamu mana?" Tanya lelaki itu yang dibalas dengan cepat oleh Ara.

"Di kasur."

"Aku ambil dulu ya." Dewa melepas pelukannya kemudian berjalan mengambil ponsel Ara dan segera memasukkannya kedalam saku.

"Hape kamu biar disimpen Bang Jenar dulu. Nanti kalo aku udah nemu siapa pelakunya, baru deh ponsel kamu dikembaliin." Dewa menjelaskan maksudnya, "aku gak mau kamu makin overthinking karena baca komentar nitizen." Lanjutnya yang diangguki oleh Ara.

"Sekarang kita makan, okey?"

Ara mengangguk membuat senyum dibibir Dewa terukir karena akhirnya gadis itu keluar kamar dan mau untuk diajak makan.

°°°

a/n : yipi!!!! Update lgi ni akuuu. btw, jangan lupa vote dan komen ya biar aku makin rajin update, okey? thankyou🤗

 btw, jangan lupa vote dan komen ya biar aku makin rajin update, okey? thankyou🤗

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ara murung

Pusing liat ayang murung terusss

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pusing liat ayang murung terusss

Virtual Relationship Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang