l i m a b e l a s

2K 128 0
                                    

Ara berdecak kala melihat kakaknya telah berganti pakaian dengan memakai kaos hitam polos dan jeans hitam yang melapisi kakinya itu sedang berdiri didepan mobil hasil kerja kerasnya sendiri. Penampilan Jenar lebih terlihat anak kuliahan daripada CEO perusaan rintisan.

Ara menepuk keras lengan kakaknya, "ngapain sih caper depan sekolah aku?!"

Jenar mengaduh, "abang nunggu kamu lama banget." Jawabnya santai membuat Ara berdecak.

"Lagian mau kemana sih ngapain pake ginian?" Ara bertanya pada Jenar yang langsung tersenyum menampilkan lesung pipi yang selalu membuat Rana kesemsem.

"Jalan-jalan, kita kan belum pernah jalan bareng selama kamu di Bandung." Jawaban Jenar mengundang pukulan pada lengannya.

"Pukulan kamu sakit tau, Ra!" Jenar berucap membuat Ara semakin brutal memukuli lengan kakaknya.

"Rasain, rasain!"

Sementara di depan gerbang lelaki itu memperhatikan interaksi Ara dengan seorang lelaki yang jika Dewa lihat penampilannya seperti anak kuliahan.

Dewa berdecak, mendekati keduanya dengan perasaan campur aduk. Saat melihat keduanya dari dekat apalagi interaksi keduanya yang seperti telah mengenal lama dan saling nyaman membuat lelaki itu dirundung kekesalan.

"Ra," Ara menoleh. Menatap Dewa dengan pandangan kaget yang kentara sekali.

"Kenapa?"

"Ini kotak makan lo, makasih buat bekalnya." Dewa memberikan kotak bekal milik Ara mengabaikan lelaki yang kini menatap mereka berdua dengan seringaian jahil.

"Jadi bekalnya buat dia? Kamu kok gak bilang apa-apa sih?"

Kamu?

Hah, seberapa jauh hubungan mereka sebenarnya hingga mereka sudah beraku-kamuan. Dewa berdecak dalam hati.

"Jangan rese deh!" Jenar tersenyum menatap adiknya. Sepertinya ketidaktahuan lelaki itu membuat Jenar ingin menjahili teman adiknya.

"Jadi, siapa cowok ini?" Jenar bertanya dengan tampang serius.

"Teman aku, serius deh."

Dewa mendengus dalam hati, gadis itu nampak takut sekali jika lelaki didepannya salah paham perihal hubungan keduanya.

"Temen kok sampai bawain bekal segala?" Jenar bertanya lagi membuat Ara berdecak.

"Apaan sih? Emang temen kok!" Bantahnya membuat Dewa menatap gadis itu penasaran kemudian beralih menatap lelaki yang ada didepannya.

"Dia siapa, Ra?" Dewa akhirnya bertanya membuat Jenar tertawa.

"Abang gue," jawaban Ara sontak membuat Dewa kesal.

Bisa-bisanya lelaki itu bernegatif thinking. Berpikir bahwa Ara telah melupakannya, bahwa Ara telah bahagia bersama laki-laki pilihannya.

"So, lo temen Ara yang kemarin nganterin dia pulang?" Jenar bertanya sok akrab membuat lelaki itu mengangguk.

"Iya, bang." Jawabnya agak kikuk.

"Santai aja kali. Gue gak gigit," Jenar berujar sambil menepuk bahu lelaki itu, "kita duluan ya, Minggu kalo gak sibuk, main ke rumah kita aja." Tambahnya membuat Dewa tersenyum dalam hati.

"BANG APAAN SIH?"

"Boleh, bang?"

Keduanya berujar bersamaan membuat Jenar tersenyum. "Gue yang ngajak berarti boleh lah. Dateng aja, nama lo siapa?" Tanya lelaki itu diakhir kalimat.

Virtual Relationship Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang