t u j u h b e l a s

1.8K 130 0
                                    

"Lo kemana aja?" Ara bertanya begitu melihat Airin nampak ingin memasuki kelas.

"Gue gak pernah kemana-mana." Jawabnya membuat Ara terdiam.

Ara melihat perubahan yang kentara dari seorang Airin yang kini nampak enggan berkomunikasi dengannya.

"Lo kenapa deh?" Akhirnya gadis itu menyuarakan apa yang ada dalam pikirannya.

"Gue gak papa. Emang kenapa?"

"Lo keliatan beda."

"Mungkin lo yang baru tau kalo gue gak sebaik yang lo duga." Ara tersentak kaget mendengar penuturan Airin.

Airin berjalan menuju kelas meninggalkan Ara yang masih berdiam diri. Setelah tersadar, gadis itu segera melanjutkan langkah menuju kelasnya.

Dilihatnya Nakula yang sudah duduk dibangkunya, Ara ikut duduk dengan pikiran berkecamuk. Sebelumnya Ara pernah berteman dengan Elina. Gadis itu selalu pengertian terhadapnya, contohnya saat kala itu Elina mengajaknya nongkrong namun Ara menolak karena ia tidak membawa ponsel, Elina menerimanya. Malamnya gadis itu masih menghiburnya saat ia menceritakan bahwa sepulang sekolah hubungannya dengan sang pacar telah putus.

Tak seperti Elina yang hanya berteman dengannya, Airin tidak. Gadis itu tetap memiliki teman dari kelasnya bahkan kelas lainpun mengenal gadis itu. Veronica Airin memang seterkenal itu disekolah.

Ara mendelik pada Nakula yang tanpa sengaja menyenggolnya hingga membuat lamunan gadis itu buyar.

"Apaan sih?!"

"Gue juga gak sengaja. Gue didorong sama Willy!" Nakula menyentak membuat Ara bungkam, terlalu malas berdebat dipagi hari.

Guru matematika memasuki kelas sembari membawa buku yang diperlukan untuk mengajar, mengabsen satu persatu siswa kemudian mulai memberikan materi yang membuat Ara muak dan seperti yang bisa ditebak, guru muda bernama Danu itu memberikan tugas kepada siswanya.

"Kerjakan tugas kalian, setelah selesai kita koreksi bersama." Danu berujar sembari melanjutkan menulis sesuatu yang tak diketahui Ara.

Gadis itu mulai mengerjakan soal yang ada dipapan tulis. Melirik Nakula yang nampak fokus menjawab soal.

"Ngapain lirik-lirik?!" Ara kaget saat dirinya tertangkap basah oleh teman sebangkunya.

Ara berdecih. Mengabaikan pertanyaan Nakula kemudian melanjutkan menjawab soal.

Gadis itu tersentak kala ponsel dalam sakunya bergetar pertanda ada sebuah pesan masuk. Dengan hati-hati Ara membuka ponselnya.

+62 5276xxxxxxx : ke kantin bareng mau?

Alisnya bertaut pertanda bingung menguasai gadis itu. Siapa pula yang mengirimi pesan seperti itu tanpa menyebut namanya ataupun kejelasan siapa seseorang yang mengajaknya ke kantin bersama?

"Pak,"

"Ya, Nakula?" Pria itu menatap salah satu siswanya dengan raut penasaran.

"Main hape dalam kelas boleh gak, pak?" Ara mendengus, menutup ponsel kemudian memasukkannya kedalam tas.

"Boleh, kalau sedang tidak ada guru." Jawabnya membuat Nakula mengangguk.

"Makasih, pak." Jawabnya kemudian menatap Ara dengan jahil, "tuh dengerin!" Lanjutnya lalu kembali fokus mengerjakan sisa soal yang belum dijawab olehnya.

"Brengsek lo," Ara mendesis, melirik sinis lelaki yang sialnya menjadi teman sebangkunya.

°°°

Virtual Relationship Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang