t i g a p u l u h t i g a

1.1K 73 0
                                    

Gadis itu sedang makan malam dengan kakak lelakinya disertai Rana yang senantiasa duduk disamping kakaknya. Rana sejak tadi tidak berhenti bertanya tentang apa saja yang telah terjadi di Bali.

Ara jengah. Menatap pacar kakaknya dengan sebal, namun juga bahagia saat mengingat bahwa Dewa resmi menyatakan perasaannya serta kembali mengajaknya pacaran saat dikapal dalam perjalanan pulang.

Meskipun hanya bermodalkan finger heart, namun hatinya yang lemah ini tetap dibuat ketar-ketir ketika melihat senyum manis lelaki itu.

"Mikirin apa sampe senyum-senyum sendiri?"

Ara mendongak, menatap Jenar yang menatapnya curiga. "Kepo banget sih, Bang." Ujarnya kemudian kembali menyendokkan nasi kedalam mulutnya.

"Paling si Dewa, kalian jadian kan?" Ara mendelik. Menatap kakaknya dengan tak percaya.

"KOK ABANG TAU?!" Pekiknya heboh karena sebenarnya Ara tidak ingin sang kakak tahu dirinya berpacaran dalam waktu dekat.

"Si Dewa cepu, Ra." Ucapan Rana membuat Ara mendengus.

Gadis itu baru ingat bahwa Dewa dengan Jenar sudah seperti kakak adik akibat lelaki itu yang sering bertandang kerumahnya saat Jenar sedang berada dirumah.

"Yaudah, berarti Minggu kita bisa double date."

Ara mendelik, menatap pacar kakaknya dengan pandangan tidak percaya. Jalan berdua semenjak pacaran saja mereka belum pernah, apalagi double date.

"Nanti kamu kabarin Dewa." Rana menyuruh gadis itu sambil menuangkan air putih ke dalam gelas milik kakaknya.

Jenar mengambil minuman sambil mengangguk, "kita ke Trans Studio Bandung, mau gak?" Tanyanya pada sang adik kemudian meminum air putih yang dituangkan pacarnya.

"Boleh, deh. Tapi gratis kan?"

Jenar mengangguk, "Dewa yang bayar." Jawaban kakaknya membuat gadis itu menatap tak percaya lelaki itu.

"BANG, TAP—"

"Abang bayarin semua. Suruh si brengsek itu bahagian kamu aja." Ujarnya membuat gadis itu mengangguk bahagia.

Senyum terus mengiringi gadis itu yang kini berjalan menuju kamar setelah selesai makan dan mencuci piring bekas makanan mereka.

Gadis itu duduk di atas kasurnya. Membuka ponsel dan menghubungi pacarnya. Ara jadi teringat, dulu gadis itu selalu menghabiskan waktu dengan bertelepon atau video call bersama Dewa selama berjam-jam.

"Hallo, sayang." Gadis itu tersenyum mendengar kata sapaan yang Dewa sematkan untuknya.

"Ngapain nelpon?" Ara bertanya dengan ketus, meskipun dalam hati gadis itu senang karena Dewa yang menelponnya lebih dulu.

"Gak tau, kangen..."

Sial, bibir ini tidak bisa untuk tidak tersenyum mendengar kalimat yang keluar dari mulut pacarnya.

"Apaan sih? Lebay."

Tawa Dewa menguar di seberang sana membuat Ara tersenyum. Sudah lama gadis itu tidak merasakan kupu-kupu yang berterbangan di perutnya.

"Oiya, besok aku jemput. Tidur sekarang, gih. Biar gak kesiangan." Ujarnya dengan suara lembut. "Good night, baby." Lanjutnya membuat Ara tersenyum mendengarnya.

Dan benar...

Paginya, motor KLX kuning sudah bertandang manis di halaman rumah Jenar. Lelaki itu sudah mengenakan seragam sekolah yang dilapisi jaket kulit.

Virtual Relationship Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang