t i g a p u l u h s a t u

1.1K 81 0
                                    

"KOK LO DISINI?!"

Dewa terlonjak kaget saat teriakan Ara menggema diseluruh kamar hingga mampu membangunkannya, apalagi kaki gadis itu dengan refleks mendorong tubuh lelaki itu membuatnya mengaduh kesakitan.

"Awh..." Dewa mengelus pantatnya yang kesakitan akibat jatuh dari kasur berkat dorongan kaki gadis yang kini menutupi seluruh tubuhnya.

"Dewa..." Ara menatap lelaki itu dengan berkaca-kaca, kejadian semalam tiba-tiba terlintas dalam memorinya, dia yang mencium bibir Dewa dengan penuh nafsu, kemudian penolakan lelaki itu memenuhi pikirannya membuat gadis itu merasa malu.

Dan juga, mendapati dirinya berada dalam kamar hotel bersama Dewa, ditambah dengan lelaki itu yang hanya memakai celana semalam membuatnya takut. Apa yang telah mereka lakukan hingga berakhir diranjang yang sama?

"Hey, kenapa?"

"K-kita gak melakukannya kan?"

Dewa menatap gadis didepannya dengan tenang. Kemudian berdiri dan segera mendekat pada Ara yang kini mundur.

"Hey, hey, hey...." Setetes air mata jatuh dari pelupuk mata Ara membuat Dewa jadi merasa bersalah.

"Dewa..."

"Hey, hey... Don't cry, baby."

Ara menatap lelaki yang kini mulai mendekapnya. "Tenang. Kita cuma tidur bareng aja kok."

Air mata gadis itu semakin deras mengalir dari mata indahnya. Dewa kelimpungan dibuatnya, tidur dalam pikiran mereka jelas-jelas memiliki arti yang berbeda.

"Jangan nangis. Maksud aku kita beneran cuma tidur, gak ngelakuin macem-macem." Ucap Dewa menenangkan sembari mengelus puncak kepala gadis itu. "Lagian aku masih sayang nyawa, aku gak mau abis ditangan Bang Jenar." Lanjutnya membuat wajah gadis itu lega.

"Beneran?"

"Iya, sayang. Kamu aja masih pake baju."

Ara langsung melihat baju yang kini dipakainya. Gadis itu mendelik kemudian kembali heboh dan mendorong tubuh Dewa hingga jatuh.

"Awh... Apa lagi sih, Ra?!"

"KENAPA GUE PAKE BAJU LO?!"

Dewa bangkit, kemudian tersenyum jahil menatap gadis itu.

"Semalem kamu muntah, akhirnya aku gantiin baju deh." Senyum miring tercetak dalam wajah lelaki itu membuat Ara mendelik namun juga malu disaat bersamaan.

"Berarti lo liat?!"

Senyum lelaki itu semakin lebar membuat Ara ngeri. Dewa mengangguk. "So beautiful."

Ara menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Gadis itu sungguh malu. Bagaimana bisa lelaki itu dengan santainya mengatakan hal gila yang menyangkut privasi dirinya dengan santai?

"Jangan ditutupin," Dewa duduk diranjang sebelah gadis itu, kemudian dengan lembut membuka wajah Ara yang tertutup oleh tangan. Tersenyum menatap gadis itu kemudian mencuri kecupan singkat dibibirnya.

Ara mendelik. Tak ayal, gadis itu tak bisa menahan senyum yang terpatri diwajahnya. Kemudian tanpa aba-aba, gadis itu segera bangkit dan berlari menuju kamar mandi untuk menenangkan diri dari mantan virtualnya yang bisa menimbulkan ribuan kupu-kupu berterbangan dalam perutnya.

Sementara Dewa menatap gadis itu dengan senyum lebar. Merasa pagi ini adalah pagi terindah dalam hidupnya meskipun dirinya sudah jatuh dari kasur untuk kedua kalinya.

Deringan ponsel membuat lelaki itu mencari dimana letak ponselnya. Setelah mencari sumber suara, dan mengambil handphone yang ternyata jatuh di bawah kasur kemudian mengangkat teleponnya.

"Apaan?"

"Lo kemana, anjing?" Dewa mengumpat begitu suara Vernon berdengung ditelinganya.

"Di hotel."

"WHAT?! ARE YOU CRAZY?!"

Lelaki itu kembali mengumpat keras sambil menjauhkan ponselnya dari telinga. Bisa rusak gendang telinganya bila mendengar suara Vernon yang super berisik itu.

"Jadi lo udah jebol gawang si Ara?!" Tanya lelaki itu masih dengan suara yang keras.

"Gak anjing. Cuma tidur seranjang aja, kaga gue apa-apain. Paling gua gantiin baju doang."

"KALO ABANGNYA TAU, ABIS LO, WA!" Nakula ikut berteriak membuat Dewa tertawa.

"Jangan sampe abangnya tau lah, lagian gue juga terpaksa. Karena si Ara muntah, kena baju. Akhirnya gue gantiin lah!" Ujarnya kemudian menutup telpon secara sepihak.

"Dewa."

Lelaki itu berbalik, menatap gadis yang kini berdiri di depan kamar mandi dalam balutan handuk yang hanya melingkar sebatas dada hingga diatas lututnya. Rambut yang basah belum di keringkan sama sekali, sesekali menetes.

Dewa menelan ludah, mengusap bibirnya dengan resah. Menatap tubuh putih menggoda yang ada didepan matanya. Kemudian tanpa diprediksi, miliknya yang baru tertidur kembali bangkit hanya karena melihat Ara menggunakan handuk.

Lelaki itu berdecak disertai kekaguman. Kalau begini ceritanya, Dewa bisa lama berada di kamar mandi.

ΩΩΩ

a/n : ALAH, DEWA MAH LEMAH BANGET. GITU DOANG JUGA HAHAHAHA. btw guys, aku baru selesai ngetik bgt. Dan karena aku lagi seneng, aku langsung update aja deh ya. Happy reading, bestie. Hope you like it <3

Kalo tubuh model begini siapa yang ga turn on cobaaaa😭😭

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kalo tubuh model begini siapa yang ga turn on cobaaaa😭😭

Kalo tubuh model begini siapa yang ga turn on cobaaaa😭😭

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dewa waktu ngeliat ara

Virtual Relationship Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang