d u a p u l u h t u j u h

1.2K 85 0
                                    

Hal pertama yang dilakukan para siswa-siswi Lentera High School setelah tiba di Bali adalah mengantre untuk mendapat kamar sekaligus pengumuman tentang teman sekamar yang telah ditentukan oleh para guru.

Dewa duduk diatas koper dengan tangan yang bertumpu pada pegangan koper. Lelaki itu berdecak kala namanya tak kunjung muncul karena memang sepertinya dibuat sesuai urutan absen. Kadang lelaki itu menyesal saat awalan namanya justru berabjad S bukannya D yang berpotensi lebih cepat dalam hal seperti ini.

"Tai. Lama banget deh kita!"

Dewa menoleh pada Jack yang kini telah lelah menunggu. "Kenapa lo?" Lelaki itu mendongak menatap Jack yang berdiri.

Jack memang berbeda kelas dengan mereka semua. Lelaki itu kebagian kelas XI-IPS 2 sementara sebagian anggota Eagle ada di kelas IPS-1 dan IPS-4

"Kenapa lagi? Gue udah pengen rebahan anjir. Pegel nih punggung gue seabis tidur dua malem di bus, anjing."

Dewa berdecak. Selalu saja toxic. Sebenarnya lelaki itu juga sering toxic. Tapi itu dulu, sebelum Ara benar-benar datang kedalam hidupnya. Menampakkan wujud aslinya dan mengisi hari-harinya. Bisa dibilang, sedikit demi sedikit sikap buruk lelaki itu telah berkurang hanya karena kehadiran seorang Sunny Arabella.

"Ryan Danuarsa Wijaya, Sadewa Alexander, Sargas Emilio, Tirta Wijayakusuma, Wildan Tarumanegara dan Vernon Jenkinson. Kalian di kamar nomor 234." Guru pembimbing yang bernama Bu Ningsih itu memberikan kunci kamar kepada Ryan.

Keenam lelaki itu menggeret koper dan berjalan menuju kamar meninggalkan Jack yang kini ingin berteriak heboh karena kelima temannya sudah masuk kedalam kamar.

ΩΩΩ

Ara berdecak kala satu kamar dengan gadis bernama Sisi. Sebenarnya, Ara memang tidak punya masalah dengan gadis itu. Namun mengingat kemarin gadis itu yang juga menyuruhnya untuk mengambil bola basket di gudang penyimpanan khusus olahraga dan berakhir dirinya terkunci disana membuat Ara membenci gadis itu.

Dan satu kamar dengan gadis itu tidak terlintas dalam pemikirannya sama sekali.

Ara kembali berdecak. Mengutuk sang guru yang mengusulkan untuk para siswa satu kamar sesuai absen.

Gadis itu memutar kran shower di kamar mandi hotel, menggosok badannya yang lengket karena belum mandi sejak kemarin.

Setelah gadis itu selesai mandi dan kini telah bercemin dan hendak menggunakan skincare rutin, pintu kamar mandi digedor tanpa adab. Ara berdecak. Membuka pintu kamar mandi lalu keluar dari sana sambil membawa peralatan mandinya dan menatap sinis Sisi yang mengetok pintu secara brutal.

"Sabar kali." Ara berujar pada Sisi yang berniat menutup pintu.

"Gue kebelet ya, anjing."

Bangsat, umpatnya dalam hati kemudian meninggalkan kamar mandi dan berdiri di depan wastafel sambil memoles wajahnya dengan sedikit make up.

Gadis itu berjalan menyusuri koridor hotel sendirian, berusaha mencari letak dimana mereka akan sarapan pagi karena jam sudah menunjukkan pukul tujuh Waktu Indonesia Bagian Tengah.

"Hey, Ra!"

Ara berbalik begitu mendengar seseorang memanggilnya. Dilihatnya Joshua berjalan cepat kearahnya.

"Mau sarapan, kan?" Joshua bertanya yang diangguki oleh Ara.

"Yaudah, jalan bareng, ya. Gue ditinggal sama temen-temen."

Ara mengangguk, sedikit heran karena pasalnya Joshua yang biasanya pendiam ternyata bisa memulai pembicaraan.

"Btw, elo sekamar sama siapa?"

Virtual Relationship Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang