e n a m

3K 194 15
                                    

Saat istirahat tiba, Ara berlari menuju kelas Airin yang ada sebelahnya. Gadis itu memanggil satu-satunya teman yang ia miliki di sekolah ini.

Keduanya berjalan melangkah menuju kantin yang kini sudah dipenuhi oleh siswa siswa Lentera High School yang sedang kelaparan, berusaha mengisi perut mereka yang sudah minta diisi sejak pelajaran ketiga dimulai.

"Nakula anak geng motor ya?" Tanya Ara begitu mereka duduk dan telah mendapatkan bakso serta es teh setelah mengantre panjang.

Airin mengangguk. Sudah menjadi rahasia umum bahwa Nakula masuk adalah anak geng motor.

"Mm, apa Dewa anak geng motor juga?"

Airin tersedak minumnya, "lo kenal Dewa?" Tanya gadis itu begitu batuknya reda membuat Ara mengangguk polos.

"Kenapa emang?" Ara balik bertanya membuat Airin menatap serius wajah Ara.

"Justru Dewa itu ketuanya!"

Kini gantian Ara yang tersedak. Gadis itu terbatuk-batuk begitu mendengar fakta yang mengejutkannya. Air mata sampai menetes dari matanya saat dia tersedak dan batuk-batuk. Sudah menjadi kebiasaan bila tersedak parah, Ara akan mengeluarkan air mata.

"Kok lo nangis sih?!" Airin berteriak heboh membuat beberapa siswa menatap mereka heran sekaligus sinis karena mengira keduanya terlalu caper.

"Gue emang gini kalo keselek dan batuk-batuk parah." Keluhnya membuat Airin mengangguk pertanda mengerti.

"Tapi emang semengejutkan itu ya saat tau kalo Dewa ketua geng motor? Emangnya lo kenal tuh cowok?"

Ara gelagapan. Gadis itu mengumpat dalam hati kala Airin menyadari reaksi aneh darinya begitu mendengar Dewa adalah seorang ketua geng motor.

"Kaget aja."

Suara ribut-ribut di depan pintu kantin membuat sebagian siswa yang berada di kantin berbondong-bondong menghampiri keributan itu. Ara dan Airin yang memang sudah selesai makan jadi ikut berjalan menuju keributan itu, berusaha mencari tahu keributan apa yang terjadi.

Ara membelalakkan matanya kala melihat seorang lelaki sedang memukuli lelaki lain. Dan yang mengejutkan Ara adalah lelaki yang memukul itu ialah orang yang ia kenal. Orang yang selama ini masih menghantui pikirannya.

Pandangan keduanya tak sengaja bertemu setelah lelaki itu puas memukuli sang lawan yang sudah terkapar.

"Ara..." Gumam lelaki itu saat melihat Ara.

Ara berdecak, menerobos keramaian guna segera pergi dari tempat ini bahkan sampai mengabaikan Airin. Gadis itu tidak ingin berurusan dengan lelaki yang telah membuatnya patah.

"Ara!"

Gadis itu berdecak kala tangannya dicekal oleh tangan lelaki yang sempat memukuli lelaki lain. "Apa?" Ara berbalik dan berujar membuat lelaki itu tak percaya bahwa yang ada dihadapannya adalah Ara. Gadis yang lelaki itu kenal.

"Gue Dewa, Ra." Ujarnya membuat Ara mendengus.

"Terus?"

"Kok lo bisa sekolah disini?" Tanya lelaki itu, keduanya masih berdiri di depan toilet.

"Bisalah. Terserah gue mau sekolah dimana."

"Ra..." Dewa bergumam, lelaki itu menatap Ara dengan pandangan yang sulit gadis itu artikan.

"Kok lo muncul disaat gue bahkan belum bisa move on dari elo?"

Ara dibuat melongo saat mendengar kalimat yang Dewa suarakan. 

Virtual Relationship Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang