"BAPA NGGA HABIS PIKIR SAMA KALIAN. DATANG SEKOLAH TELAT, UDAH GITU MALAH NGEROKOK LAGI DIPARKIRAN, KALIAN TUH UDAH KELAS 12, HARUSNYA MIKIR. KAMU , KENAPA MALAH CENGNGESAN !? " bentak seorang guru setengah baya, yang memiliki kumis lebat. Bapa berpeci itu menggiring 7 orang lelaki dengan penampilan sembrawut.
Ara yang baru saja mengumpulkan buku ke ruang guru menghentikan langkahnya. Gadis berambut sebahu itu melihat pacar berambut birunya dan anak geng venos kainnya digiring Pa Omar, guru bk yang terkenal killer. Bukannya takut, Leon justru melenggang santai, sesekali lelaki itu menyugar rambut birunya, tebar pesona. Tindik ditelingannya juga melekat disana. Tato elang di lengan atasnya terlihat jelas sebab lelaki itu menggulung kemeja putihnya.
"LEON, JANGAN MEROKOK LAGI!? " Pa Omar membentak Leon yang baru saja mengambil rokok dan korek api dari sakunya, tapi urung karena Pak Omar keburu memeregokinya.
Leon menghentikan langkahnya, lelaki itu menatap Pa Omar sengit.
"Kenapa ngatur ngatur ? Bapa memangnya siapa saya ? Keluarga bukan saudara bukan. Gausah bacot!"
Ara pikir Leon akan menyimpan kembali rokoknya, tapi diluar dugaan Leon justru dengan sengaja menyalakan rokoknya di depan Pa Omar, lelaki itu bahkan dengan beraninya menghembuskan asap rokoknya ke depan wajah Pa Omar.
PLAKK
"KURANG AJAR KAMU !? "
Pa omar menampar Leon, hingga menimbulkan bunyi yang cukup nyaring. Siswa siswa yang baru saja keluar kelas tercengang melihat kejadian itu. Ara bahkan sudah menutup matanya karena takut.
Leon terkekeh, dengan senyum pongah lelaki itu menatap Pa Omar dari ujung kaki hingga kepala dengan pandangan meremehkan.
"Bapa udah tua, harusnya bapa mikir apa yang bisa saya lakuin buat hancurin hidup bapa "
PLAKK
"JANGAN MENTANG MENTANG KAMU CUCU PEMILIK SEKOLAH KAMU BISA KURANG AJAR LEON "
Wajah Pa Omar memerah, kentara sekali dia tengah menahan amarah. Lelaki paruh baya itu sepertinya belum puas setelah menampar Leon dua kali hingga bekas tamparan itu terlihat jelas.
"Saya pastiin mulai besok bapak keluar dari sekolah ini"
Tekan Leon dengan senyum sinis dibibirnya, dia melenggang pergi. Teman teman Leon hanya menunduk, mereka bukan Leon, mereka takut ikut Leon justru membuat keberadaan mereka terancam.
Diam diam Ara mengikuti Leon, berhubung ini memang waktunya istirahat jadi Ara bisa tenang tanpa takut membolos. Ara menaiki satu persatu tangga, pandangan gadis itu tak pernah terlepas dari punggung lebar Leon.
Leon pergi ke ruptof dengan rokok yang terjepit di jarinya. Lelaki itu benar benar berantakan, kancing kemejanya terlepas semua hanya menyisakkan kaos hitam polosnya. Rambut birunya juga semberawut.
Lelaki itu berdiri di tepi roptof dengan tangan terbuka, angin membelai rambut birunya dengan ganas.
"Leonn"
Ara takut takut memanggil lelaki itu.
"Ngapain lo ngikutin gue ?" Suara sinis itu menusuk telinga Ara.
"Leonn, Ara pengen balikin kartu punya Leon"
Ara takut takut menghampiri Leon, gadis itu berdiri disamping Leon dengan kartu kredit yang waktu itu sempat Leon serahkan padanya.
"Kenapa lo balikin ?" Kini lelaki itu menatap penampilan Ara. Gadis polos itu kini memakai bando kuning dengan gambar lemon.
"I-itu karena Ara ngga butuh, Ara punya Kean buat jajanin Ara "
KAMU SEDANG MEMBACA
MY SPOILED GIRL
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM BACA] Bagi Ara , Kean bukan hanya sandaran tapi juga dunianya. Ara bahagia setiap kali Kean memeluknya erat . Ara bahagia setiap kali Kean menggenggam tangannya dengan hangat. Kean. Ara hanya butuh kean tetap hadir untuk membuatnya...