"Keannn"
Ara merengek , tubuh kecilnya memeluk Kean yang tengah memunggunginya, sejak pulang sekolah Kean seperti tidak memedulikannya, hal ini tentu saja membuat Ara bingung, gadis itu merasa tidak membuat kesalahan apapun pada Kean, Kean marah kenapa sih ?
"Keannn"
Ara menaiki tubuh Kean, gadis mungil itu kini nemplok ditubuh Kean dengan posisi miring.
"Ara bikin salah ya sama Kean, hikss kalo iya..hiks maa..afin hiks...Ara ya"
Ara sudah menangis, gadis itu memang paling lemah kalo sudah ditidakpedulikan kean. Kean menghela napas, dia tidak tega.
Kean menegakan badannya menjadi duduk dengan Ara yang ia bawa ke pangkuannya.
"Maafin Ara ya Kean, jangan cuekin Ara "
Gadis itu mengenduselkan kepalanya di dada bidang Kean, tangan mungilnya memeluk Kean erat. Meskipun Ara tidak tahu kesalahannya apa , tapi gadis itu tidak masalah jika harus mengatakan beribu ribu maaf pun pada Kean. Asal Keannya kembali.
Kean menepuk puncak kepala Ara, lelaki pemilik netra sekelam malam itu menatap Ara yang kini menatapnya dengan air mata yang menggenang dipelupuk mata indahnya.
"Pas istirahat kedua Ara kemana ?" Kean mulai menginttogasi Ara, ia ingin tahu apakah Ara akan jujur padanya atau tidak .
Ara menggigit bibirnya, gadis itu kini tengah dilema, apakah Ara harus mengatakan bahwa tadi gadis itu mengikuti Leon ke roftop.
"Eumhh itu ta-tadi Ara ke perpus, iya perpus"
Dan ya, Ara lebih memilih berbohong, entah dengan alasan apa.
Kean mendesis, rahangnya mengeras dengan mata yang berkilat, marah. Istirahat kedua tadi kean tahu Ara bersama Leon di roftop, awalnya Karin yang mengajak lelaki itu kesana, katanya ingin mengobrol santai bersama Kean tanpa suara riuh teman temannya, naasnya diujung tangga langkah Kean terhenti melihat Ara yang kala itu tengah mengompres pipi Leon dengan es batu, Ara terlihat senang dengan mulut bawelnya yang terus terusan mengoceh, alhasil Kean dan Karin urung untuk bersantai di roftop.
"Turun" suara berintonasi rendah tapi penuh penekanan itu membuat Ara takut. Dengan menggigit bibirnya Ara justru menggeleng, tak mau beringsut.
"Turun Nara!!"
Lagi, Kean memerintah dadanya kini tengah berkecambuk. Meredakan emosi yang siap siap meledak.
Ara tersentak, jika Kean memanggilnya begitu berarti lelaki itu tak mau dibantah. Dengan takut takut Ara turun dari pangkuan Kean, gadis itu tak mau menatap mata Kean yang berkilat.
BUGHH
Ara tersrntak, Kean memukul foto mereka yang dipajang didepan pintu. Di poto itu nampak Ara yang tengah digendong Kean dengan tawa di bibir keduannya. Tolong siapaun, Ara takut.
"Keann" lirih Ara, air mata benar benar meluruh di wajahnya.
Kean berbalik, lelaki tampan itu tersenyum masam.
"Kayanya Ara udah ngga butuh Kean lagi ya"
Kean melenggang pergi dengan tangan berdarah karena terkena pecahan kaca, lelaki itu meninggalkan Ara yang sudah menangis tersedu dilantai.
"Hiks..Kean, maaf hiks"
Ara menekan dadanya yang terasa sesak, Kean meninggalkan Ara, lagi.
_____________________________
"Tumben lo kesini "
Dion yang pertama kali menyadari kehadiran Kean di rumahnya mengernyit sebab biasanya lelaki itu sangat jarang sekali datang tanpa Ara.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY SPOILED GIRL
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM BACA] Bagi Ara , Kean bukan hanya sandaran tapi juga dunianya. Ara bahagia setiap kali Kean memeluknya erat . Ara bahagia setiap kali Kean menggenggam tangannya dengan hangat. Kean. Ara hanya butuh kean tetap hadir untuk membuatnya...