Kamar kuning milik Ara gelap, tak ada sedikitpun cahaya disana. Ara mematikan semua lampu dan menutup semua gorden kamarnya meskipun ini baru pukul 8 malam, bukan waktunya gadis itu tidur.
Kean belum pulang sejak tadi, bahkan Ara pulang sendirian naik ojek hingga mesti basah basahan karena terjebak hujan.
"Hatchuu"
Dipojok kamar dengan wajah telungkup dan baju yang masih basah kuyup terjadi pergerakan dari seorang gadis, dia Ara. Ara belum berganti baju sejak pukul 3 sore, gadis itu nampak kacau dengan hidung merahnya.
Mood Ara sedang buruk, tentu saja karena Kean. Ara selalu kesal dengan Kean saat bersama Karin, Kean seketika selalu lupa akan keberadaan Ara.
"Aku ganti baju dulu ya karin"
Samar samar Ara mendengar suara itu, Kean. Cepat cepat Ara masuk ke kamar mandi dan mengganti bajunya dengan piyama kuningnya. Secepat kilat juga Ara menelungkupkan badan dibawah selimut.
"Tumben udah tidur"
Pintu terbuka, Kean masuk dan mengganti baju dengan tergesa gesa, tidak ada usapan lembut dan ucapan selamat tidur yang terdengar dari bibir Kean. Tentu saja, Karin rupanya Kean bawa ke apartemen. Mana mungkin Kean memedulikannya, Kean pulang malam juga mungkin habis jalan dengan Karin. Kean bahkan sepertinya melupakan Ara yang belum makan sejak siang. Ara tuh pemalas, masak mie saja mesti Kean yang buatkan, semua makanan yang masuk ke mulut Ara semuanya pasti sepengetahuan Kean.
Pintu kamar kembali tertutup, menyisakan Ara yang tengah mencoba meredakan pusing dikepanya dan perut yang terasa ditusuk tusuk, sakit. Belum lagi hatinya yang remuk redam.
"Dion, perut Ara sakit "
Ara mematikan telponnya setelah menelpon Dion. Hanya Dion yang bisa Ara harapkan. Dari teman Kean, memang Dionlah yang paling dekat dengan Ara, itulah alasannya kenapa Dion dapat dengan mudah meracuni otak polos Ara. Kean, Ara tak bisa mengharapkan Kean untuk saat ini, Ara tak ingin merusak kebersamaan Karin dan Kean .
Sekitar 30 menit dalam keheningan, pintu kembali terbuka.
"Lo kenapa Ara?"
Suara Dion terdengar panik, lelaki itu menggendong tubuh kecil ara yang terasa panas.
"Ara kenapa Dion?"
Kean dan Karin muncul dari arah dapur, Kean nampak panik melihat Ara yang setengah sadarkan diri.
"Ara gapapa"
Tanpa menghiraukan teriakan Kean , Dion menggendong Ara yang setengah sadar dengan tubuh menggigil.
"Sa, Bri rumah sakit sekarang, Ara kambuh"
Dion menutup telponnya setelah menghubungi Heksa dan Brian. Dion mulai melajukan mobilnya membelah jalanan yang tak pernah lenggang dengan kepanikan yang kentara.
_______________________________
"Keadaan Ara gimana Di ?"
Brian dan heksa berjalan terburu buru dilorong rumah sakit, setelah mengetahui dimana Ara dirawat, Brian dan Heksa langsung masuk ke kamar rawat Ara.
"Udah lebih baik, dia lagi tidur sekarang"
Brian menghela napas lega, tadi lelaki itu dihubungi saat tengah balapan. Tanpa pikir panjang lelaki itu bergegas pergi dari balapannya. Ara lebih penting.
"Maagnya kambuh lagi, tekanan darahnya turun dan dia demam lagi ?"
Heksa bertanya dengan nada datarnya, Heksa sudah sangat hapal keadaan Ara. Sebab bukan kali ini saja Ara sakit, Ara sering sakit dengan gejala sakit yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY SPOILED GIRL
Novela Juvenil[FOLLOW SEBELUM BACA] Bagi Ara , Kean bukan hanya sandaran tapi juga dunianya. Ara bahagia setiap kali Kean memeluknya erat . Ara bahagia setiap kali Kean menggenggam tangannya dengan hangat. Kean. Ara hanya butuh kean tetap hadir untuk membuatnya...