RESEK 27

232 36 11
                                    

Dio menyusuri lorong gelap yang panjang hingga Dio melihat di ujung lorong ada cahaya terang, Dio berlari mengikuti cahaya itu. Saat tiba di ujung lorong, silau sinar matahari menerpa wajahnya hingga tangannya menghalangi cahaya yang masuk ke retina matanya. Dio pun melangkahkan kakinya, Dio melihat disekitarnya banyak sekali pepohonan. Saat pandangan Dio tertuju pada salah satu pohon, Entah kenapa dirinya merasa tertarik pada pohon itu, Dio melangkahkan kakinya untuk mendekati pohon itu, Dio melihat disamping pohon ada tempat duduk. Di sana Dio melihat ada seseorang yang sedang duduk sambil memandang langit, dihampirinya lelaki itu. Lelaki itu sadar akan kehadiran Dio, ia menoleh ke Dio dan tersenyum sambil melambaikan tangan.

"Kamu siapa?" tanya Dio, saat dirinya ada didepan lelaki itu

"Lo tahu gue, saatnya lo inget Io" jawab lelaki itu "duduk Io" ajaknya

Di benaknya tersirat begitu banyak kenangan dengan lelaki disampingnya. Dio tersadar bahwa lelaki di depannya adalah Dino, sahabat terbaiknya.

"Gue inget lo" pekik Dio

Dino tersenyum

"Gue rindu lo" ucap Dino

"Lo dimana sekarang No?"

Dino menunjuk ke atas, "Gue udah bahagia di sana"

"Maafin gue ga bisa nolong lo" sesal Dio mengingat kejadian itu

"Gue makasih banget lo selalu ada disisi gue"

Dio terdiam, air matanya mengalir membasahi pipinya.

"Lo jadi cengeng Io"

"Maafin gue.."

"Dio, gue boleh minta satu permohonan"

Dio mengangguk, "Apapun itu"

"Gue harap lo jangan pernah nyalahin diri lo, lo ga pernah salah atas kejadian gue, gue malah makasih banget lo udah bantu gue, gue seneng punya sahabat kayak lo" papar Dino "Lo janji ya?"

Dio menangis dalam kediaman beberapa saat, seandainya Dino tidak menolongnya, semua ini tidak akan terjadi.

"Io, jangan salahin diri lo, semua udah takdir sang pencipta, gue seneng selama sisa hidup gue sama-sama dengan kalian, Andre, Jajar, dan lo" ulang Dino "Io, gue mohon"

Dio mengangguk dan mengusap pipinya, "Gue janji"

Setelah itu semua menghilang dan semua menjadi gelap. Dio membuka matanya, pertama kali yang dilihatnya Abang Rico, disusul oleh Andre dan Jajar. Tersirat dengan jelas kecemasan di wajah mereka.

"Jar, panggil dokter" pinta Abang Rico

Jajar mengangguk, ia berjalan cepat keluar ruangan.

"Gue kenapa?" tanya Dio, kepalanya terasa sakit

"Lo, jatuh dari tangga"

Dio mengingat kejadian saat Rosa mendorongnya, "Hmmmt, jam berapa?"

"Jam 4 sore..." jawab Abang Rico

Dio bangun dari tidurnya, ia melepas infus dengan paksa. Darah segar keluar dari tangannya, Dio tidak memperdulikannya, dipikirannya hanya satu, Rika.

"Lo ngapain?" kaget Abang Rico

"Gue harus ketemu Rika" jawab Dio

"Lo..." ucap Andre

Dio mengangguk, "Gue inget, gue cabut dulu"

Dio turun dari tempat tidurnya dan berlari keluar dari kamarnya. Dio menekan tombol turun pada lift, berulang kali di tekannya berharap lift segera terbuka. Setelah lift terbuka, Dio masuk dan menekan tombol untuk ke lantai dasar. Lift sampai pada lantai dasar, Dio berlari keluar rumah sakit. Saat Dio berada di halaman rumah sakit, dari kejauhan Dio melihat Rika, Dio berlari menghampiri Rika, cewek itu sepertinya tahu, ia pun ikut berlari. Dio memeluk Rika dengan penuh kasih sayang, Rika menangis di pelukkan Dio. Beberapa menit mereka melepas rindu, Dio melepas pelukkannya dan menatap cewek di depannya.

WAKETOS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang