RESEK 17

333 54 25
                                    

Maaf baru update, satu bulan ini sibuk dengan tugas akhir, maklum semester tua, sekali lagi maaf jika update nya lama,, semoga kalian masih setia nunggu cerita saya ya, salam hangat untuk kalian reader, makasih selalu dukung saya!!

Luka yang sudah tergores di hati tidak akan pernah bisa di hapus, ibarat kertas putih yang sudah terisi, walau dihapus tetap meninggalkan jejak.

Erika Putri Purnomo

Seminggu berlalu sejak rika meninggalkan rumah sakit, Dio menghilang tanpa jejak. Tiada yang tahu akan keberadaannya bahkan sahabatnya pun tak pernah tahu kabarnya. Rika merasa de javu , ketakutan mulai merasuki dirinya, ia tidak mau jika harus kehilangan kembali, cukup satu kali ia merasakan sakitnya kehilangan.

"Lo dimana?" gumam Rika sambil menatap langit-langit kamarnya

"Gue kangen sama lo"

Tiba-tiba hp Rika berbunyi, Rika tidak ada niat untuk beranjak dari posisi tidurnya hingga deringan itu tak terdengar kembali. Kedua kalinya terdengar kembali bunyi deringan di hp Rika, ia tetap tidak bergeming hingga berlalu bagaikan angin. Ketiga kalinya deringan terdengar, Rika dengan malas bangun dari tempat tidurnya dan berjalan gontai menuju meja belajarnya.

"Hallo"

"Dek ini Gue bang Rico"

"Eh iya bang"

"Lo bisa ke Rumah Sakit Mutiara Nasional"

Rika menegang, "Ada apa bang?" tanya Rika ragu

"Dio koma"

Seketika hp dalam genggaman Rika terlepas begitu saja. Bunyi barang jatuh cukup keras terdengar hingga mama Jingga masuk ke kamar Rika.

"Ada apa?" panik Mama Jingga

Tak ada jawaban. Rika tersadar dari rasa syoknya hingga ia berlari keluar rumah dan mengambil sepeda kesayangannya. Rika tidak peduli bagaimana penampilannya sekarang karena baginya Dio lebih penting dari apapun.

"Sus, pasien atas nama Widyo Putra Kenzie" tanya Rika kepada resepsionis rumah sakit

"Kamarnya di lantai 11 ruang VIP, sampai sana mbak tanya saja"

"Terimakasih"

Rika dengan langkah cepat menuju lift, ia menekan tanda panah atas.

"Lama banget" gumam Rika

Setelah lift terbuka dengan cepat Rika melangkahkan kakinya masuk ke dalam lift dan menekan angka 11.

"Semoga lo ga pa-pa" ucap Rika lirih, airmatanya mulai mengalir

"Lo kuat Rik"

Lift terbuka di lantai 11, Rika bertanya kepada suster jaga, suster itu mengatakan kamar Dio berada di pojok kanan nanti kamarnya ada di kiri. Rika pun dengan cepat melangkahkan kakinya menuju kamar Dio. Di depan pintu kamar rawat Dio, Rika melihat dari kaca pintu, ia melihat Dio terbaring dengan banyak sekali selang di tubuhnya, Rika mendekap mulutnya, tak kuasa menahan air matanya, air mata itu lolos begitu saja dan mengalir membasahi pipinya. Rika berjongkok di balik tembok kamar rawat Dio, ia menangis dalam diam.

"Dek" ucap Abang Rico saat membuka pintu

"Bang" isak Rika

"Gue tadi denger langkah kaki tapi ga ada yang masuk, makanya gue keluar" jelas Abang Rico "Penampilan lo...berantakan" komentarnya sambil melihat Rika dari ujung kaki hingga kepala

Saat itu Rika hanya menggenakan babydoll kesayangannya dan sandal jepitnya, begitu juga rambutnya yang masih berantakan habis tiduran tadi dan belum sempat ia menyisir rambutnya bahkan ia tak peduli, otaknya hanya berpikir tentang Dio. Bagaimana keadaannya? Kenapa jadi seperti ini? Gimana kalo Kak Dio kenapa-kenapa? Dan sebagainya, pikiran negatif terus menghampiri otaknya.

WAKETOS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang