Berucap cinta itu mudah, tetapi bagaimana dengan pembuktian? Apakah diri ini berani berkorban? Apakah diri ini berani menanggung resiko?
Widyo Putra Kenzie
Pemakaman telah usai, Dio dan Rika sudah kembali ke rumah sakit. Dilihatnya Rika sedang tertidur pulas, Dio tahu Rika lelah. Cewek itu menangis hampir seharian, kesedihan itu terjadi lagi-lagi karena keluarganya. Dio selalu bertanya-tanya dalam hatinya, Apa rencana Tuhan sesungguhnya? Kenapa kita dipertemukan? Seharusnya dari awal tak ada kisah antara dirinya dengan Rika. Agar tak ada kata kekecewaan dan terluka. Namun, Dio sadar tak seharusnya dia menyalahkan takdir karena Dio bahagia dengan anugerah Tuhan yang menghadirkan Rika dalam hidupnya. Rika mengajarkan banyak hal, bahkan Rika mengajarkan dirinya untuk mengasihi musuh. Dio akhir-akhir ini banyak merenung, termasuk wanita yang selama ini dibencinya.
Flash on~
Wanita Jahat
Juna ketemu dan besok langsung dimakamkan
Gerimis kecil berjatuhan membasahi bumi, seperti ikut menangis atas kepergian Juna. Dio mengirimkan whatapps singkat kepada seseorang malam itu juga. Esok hari, pada saat di TPU keputih, Dio selalu melihat sekeliling area pemakaman, Dio melihat mobil hitam terparkir cukup jauh dari tempat Kak Juna beristirahat.
"Rik, aku tinggal bentar ya"
"Mau kemana, kak? Acara mau dimulai"
"Biasa ke toilet" jawab Dio, berusaha mencari alasan
"Ya udah, hati-hati"
"Iya" ucap Dio sambil mencium puncak kepala Rika
Dio keluar dari kerumunan, ia berjalan cepat menuju mobil hitam yang terparkir. Diketuknya kaca mobil di depannya, seseorang menurunkan kaca tersebut.
"Dio..." ucap wanita itu kaget
"Iya, ma! Boleh saya masuk?" tanya Dio
Mama Dera cuma mengangguk dan membukakan pintu mobilnya. Mama Dera menggeserkan pantatnya ke kursi sebelahnya. Dio masuk ke dalam mobil tersebut.
"Apa kabar?"
"Baik"
"Bagaimana keadaan kamu?" tanya Mama Dera, ia bingung
"Seperti mama lihat, hidup Dio tidak baik-baik saja"
"Maafkan mama" kata Mama Dera lirih, perlahan terdengar isak tangis mamanya
Perlahan Dio memeluk Mama Dera, mama Dera membalas pelukan Dio. Kebencian itu mendadak sirna, ada kelegaan di hatinya. Dan sekarang hanya ada kerinduan diantara mereka.
"Bagaimana kabar papa kamu?"tanya Mama Dera sambil melepaskan pelukannya
"Papa masih sama keras kepala, tidak mau mengakui kesalahannya"
"Iya, persis kayak kamu"
Dio hanya tersenyum kecut, memang benar pribahasa buah jatuh tak jauh dari pohonnya.
"Papa lagi di proses hukum, biarlah hukum yang bertindak atas perbuatan papa"
Mama Dera hanya mengangguk, "Bagaimana kabar Rico?"
"Bang Rico sibuk mengurus perusahaan ma, investor lagi marah besar karena kasus papa, saham perusahaan anjlok ma"
"Mama minta maaf, semua salah mama" sesal Mama Dera "Karena keegoisan mama, kalian jadi korban, juga Juna" imbuhnya lirih

KAMU SEDANG MEMBACA
WAKETOS [END]
Dla nastolatkówSebelum membaca jangan lupa follow, Dan jangan lupa vote dan beri comment buat saya lebih semangat menulisnya, hehe Minta tolong bantu vote ya reader,, makasih Salam Hangat😊 Rika berharap ia saat masuk SMA, ia dapat menemukan pangeran berkuda putih...