Special Operation Squad, squad yang dijuluki 'paling gila' di Recon Corps. Semua misi mereka tidak jauh dari kata 'bunuh diri' dan selalu berisiko tinggi. Bahkan, sekarang mereka tengah menjaga salah satu bocah Titan. Siapa yang akan rela menjaga seorang bocah yang bisa saja berubah jadi Titan kapan saja dan memakan mereka, itu sama saja bunuh diri.
• • •
"Oi, Eren! Ingat keberadaanmu disini karena perintah Erwin. Jangan macam-macam atau aku tidak akan segan menebas setiap inci organ tubuhmu!"
Siapa lagi kalau bukan Kapten Levi yang mengatakan itu. Setiap kata yang ia lontarkan mampu membuat semua orang bergidik ngeri.
"Si-siap, Kapten!" ujar Eren ketakutan.
"Kau tenang saja, Eren. Kami pasti akan menjagamu dengan baik."
"Petra, kau selalu memanjakannya. Lihatlah dirimu, kau saja bahkan belum menjadi seorang ibu," ejek Oluo.
"Kuharap lidahmu tergigit lagi dan kau segera mati!" Tatapan tajam Petra sukses membuat Oluo mengalah. Sementara Gunther dan Eld hanya bisa menghela nafas lelah, melihat tingkah konyol rekan-rekannya.
• • •
"Bersihkan seluruh lantai hingga benar-benar bersih! Jika aku masih menemukan sehelai debu, kalian tidak boleh makan malam!"
"Siap, Kapten!" jawab semuanya serempak.
Petra dan Eren mendapat tugas untuk membersihkan bagian belakang halaman base.
"Uhm, Petra-san.."
"Cukup panggil aku Petra, Eren."
"Maaf, aku hanya menjaga formalitas." Eren menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Hahaha, tidak apa-apa kok, santai saja. Ada apa?" tanya Petra sambil terseyum. "Anu, sebenarnya.. apa Kapten Levi selalu seperti itu?"
Petra menautkan kedua alisnya. "Maksudmu?"
"Apa dia selalu bersikap seperti itu?"
Petra refleks tertawa, membuat Eren bingung dan berpikir apa ada yang aneh dengan pertanyaannya. "Aku mengerti maksudmu. Eren, setiap orang pasti memiliki sisi lembut. Menurutku dia memang orang yang menyeramkan dari luar. Ah, mungkin bukan aku saja. Semuanya pasti akan berpikir seperti itu ketika melihat Kapten Levi untuk pertama kali. Tapi, ketika kau sudah mengenalnya, dia orang yang baik kok."
"Begitu ya, kalau begitu apa alasanmu masuk ke squad ini, Petra-san?"
"Hmm, sebenarnya aku sendiri bahkan tidak menyangka aku bisa masuk ke squad ini. Tapi, ada alasan aku masuk Recon Corps." Petra tersenyum lembut sembari mengingat kembali masa-masa dimana ia pertama kali masuk Pasukan Pengintai.
"Karena.. aku mengagumi Kapten Levi sejak dulu."
Tanpa mereka sadari, ada seseorang yang mendengar perbincangan mereka sejak tadi. Sosok itu terlihat sedang tersenyum tipis mendengar pernyataan Petra.
"Aku kagum karena kapten adalah sosok yang kuat dan tangguh. Dan yaa.. dia orang yang unik," lanjut Petra.
"Unik? Apa yang-"
Sosok tubuh mungil kapten mereka lah yang membuat Eren akhirnya harus menghentikan perkataannya sendiri.
"Oi, sampai kapan kalian ingin terus berbincang?"
Seketika wajah Petra memerah. Apa Kapten Levi mendengar perbincangan mereka tadi?
Memalukan sekali ucapanku tadi, batin Petra dalam hati.
"Ka-kapten!" Eren dan Petra sontak menegakkan tubuh mereka dan memberi hormat.
Levi tampak mengamati sekeliling sekaligus hasil kerja Eren dan Petra. Sementara mereka berdua hanya bisa menelan kegugupan mereka menunggu penilaian dari sang kapten.
Semoga bagus, semoga memuaskan, semoga kami tidak disuruh mengulanginya..
"Hn, kerja bagus."
Dua patah kata yang terucap dari mulut kaptennya itu sukses membuat Petra dan Eren bisa menghela nafas lega.
• • •
TOK TOK TOK..
"Ini aku, Kapten."
Levi hafal betul dengan suara itu, suara yang setiap hari terdengar ditelinganya. "Masuk saja, Petra."
Atas izin kaptennya, Petra pun masuk perlahan sambil membawa nampan berisi secangkir teh hangat.
"Udara malam ini cukup dingin. Jadi, aku membuatkanmu teh hangat," tukas Petra menjelaskan.
"Terimakasih, buatanmu selalu enak," balas Levi.
Petra tersenyum menanggapinya. Ia melihat kaptennya yang terlihat sedang sibuk berkutat dengan beberapa dokumen, yang tak lain pasti pemberian 'spesial' dari Ketua Hanji.
"Ada.. yang bisa kubantu, Kapten?" tanya Petra sopan.
Levi menghela nafas lelah. "Kacamata Sialan itu, lain kali aku akan membunuhnya bersama kertas-kertas gila ini."
Petra tertawa renyah. Baginya, kaptennya saat ini sedang mengoceh layaknya seorang bocah.
"Kapten, menurutku sebaiknya kau beristirahat sejenak."
Levi menoleh, seperti meminta penjelasan.
"Tidur itu baik untuk memulihkan kondisi tubuh dan pikiran. Walaupun kau sulit untuk tidur, cobalah untuk tetap memejamkan mata karena mata kita pasti lelah setiap harinya harus melihat banyak hal."
"Kalau begitu, temani aku disini."
Petra terkejut bukan main. "Eh?" Menemaninya?
Levi menunjuk ke arah sofa yang ada disamping meja kerjanya. "Tunggu lah disitu."
"Ba-baik, Kapten." yang benar saja, Petra?!
Dengan gugup, Petra pun duduk di sofa itu. Jika ia lihat, ruangan itu tidak terlalu kecil, tapi entah kenapa mampu membuat Petra merasakan berbagai hal. Sesak, takut, malu, senang, gugup, semua seperti bercampur aduk. Betapa jantungnya berdegup kencang berada di dekat sang kapten. Padahal niatnya hanya ingin membawakan secangkir teh.
1 JAM BERLALU..
"Petra-"
Levi terkejut melihat Petra yang sudah terlelap sambil duduk di sofanya. Levi seketika merasa bersalah telah membuat Petra menunggu sampai ia tertidur seperti itu. Pria yang menjabat sebagai kapten itu pun membereskan semua dokumennya dan menghampiri Petra. Niatnya ingin membangunkan seketika pupus setelah melihat wajah lelah gadis itu. Levi menatapnya lekat, bahkan ia bisa mendengar dengkuran pelan dari mulut mungil gadis itu.
Perlahan Levi menyelipkan anak rambut yang menghalangi wajah Petra.
"Entah kenapa, kau selalu membuatku tenang, Petra."
---------------
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑨𝒍𝒘𝒂𝒚𝒔 𝑩𝒆 𝑾𝒊𝒕𝒉 𝑼 [𝑳𝒆𝒗𝒊 𝒙 𝑷𝒆𝒕𝒓𝒂] 𝐒𝐞𝐚𝐬𝐨𝐧 𝟏
Fanfiction"𝐵𝑖𝑎𝑟𝑘𝑎𝑛 𝑎𝑘𝑢 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑡𝑒𝑟𝑢𝑠 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑑𝑎 𝑑𝑖𝑠𝑎𝑚𝑝𝑖𝑛𝑔𝑚𝑢. 𝐵𝑖𝑎𝑟𝑘𝑎𝑛 𝑎𝑘𝑢 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑑𝑒𝑑𝑖𝑘𝑎𝑠𝑖𝑘𝑎𝑛 ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝𝑘𝑢 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑚𝑢. 𝐼𝑡𝑢 𝑎𝑑𝑎𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑚𝑝𝑖𝑎𝑛𝑘𝑢 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑎𝑚𝑎𝑚𝑢...