Part (54)

135 10 11
                                    

Oluo tak bisa menghilangkan rasa gusarnya. Tak henti ia terus mempercepat laju kudanya.

"Semoga kau tidak apa-apa, Petra.."

DUAARR!!

Sontak ia terkejut kendati indra pendengarannya menangkap sebuah suara tembakan dari radius cukup jauh, karena dirinya sekarang berada di tengah hutan. Memang itu tidak terlalu besar, tapi kepekaan kedua telinganya sungguh luar biasa, tatkala mereka telah melatih insting liar seorang prajurit.

Segala terkaan buruk semata lantas semakin mengambil alih pikirannya. Keresahan meningkat, dan ini tak seperti dirinya yang biasa. Baru kali ini ia merasa benar-benar takut dan khawatir dalam tingkatan tinggi.

Mengapa ia seakan takut kehilangannya?

Perasaan apa itu? Jantungnya sungguh berdegup kencang. Yang ia yakini adalah karena rasa kegugupannya.

Apa karena dirinya secara tak langsung telah berjanji untuk melindungi Petra dan Tuan Rall saat itu?

Sial! Jangan lakukan hal gegabah, Petra..

• • •

"Hahh.. hhahh.."

Gadis itu memegang dadanya yang bergemuruh karena nafasnya yang tersengal-sengal. Sesekali merintih karena luka lebam di beberapa bagian tubuhnya akibat pukulan dan benturan pada tanah. Tatapannya begitu tajam dan lekat, seakan dipenuhi amarah di dalamnya. Ia menggenggam erat pisau ditangannya. 

Tiga orang pria berhasil dibunuhnya.

Bercak dan lumuran darah merah segar pada kedua tangan, wajah, beberapa bagian tubuhnya, dan terutama pada pisau tajam itu yang telah menjadi bukti nyata.

Gadis itu seketika menurunkan tatapan tajamnya. Sejenak tak ada lagi pancaran kehangatan dari warna hazelnya netra itu.

Begitu dingin dan kosong.

Dirinya terus menatapi kedua tangannya yang berlumuran darah. Lalu, beralih pada dua orang bersimbah darah di belakangnya. Hasil perbuatannya.

"Ada apa? Padahal tersisa seorang lagi. Kau tau aku tidak suka menunggu terlalu lama," ujar sang pria bertato sembari tersenyum jahat.

"Tanpa sadar kau sudah membunuh banyak orang dengan liar saat amarah dan emosi menguasai dirimu, begitupun saat kau menyelamatkan Ayahmu."

Petra kembali merintih karena merasakan sakit di kepalanya. Perlahan pandangannya sedikit memburam, namun ia berusaha untuk terus mempertahankan pandangannya.

"Kau.. sudah terlanjur mengotori tanganmu."

Beberapa detik kemudian, kelima manusia itu merasakan tetesan air mengenai tubuh mereka dan perlahan berubah menjadi guyuran hujan. Seakan gadis itu merasakan pria dihadapannya melangkah ke arah dirinya, namun ia membiarkan tubuhnya diterjang begitu saja.

Petra bisa merasakan mulai kehilangan nafas per detiknya akibat cekikan erat di leher. Pisau yang digenggamnya seakan kehilangan fungsi karena tidak adanya sinyal dari otak untuk digerakkan.

"Ayah, kumohon bangun! Bangun, Ayah!!"

Petra memejamkan matanya. Bayangan tubuh sang ayah yang terbaring penuh darah kala itu kembali terekam jelas.

𝑨𝒍𝒘𝒂𝒚𝒔 𝑩𝒆 𝑾𝒊𝒕𝒉 𝑼 [𝑳𝒆𝒗𝒊 𝒙 𝑷𝒆𝒕𝒓𝒂] 𝐒𝐞𝐚𝐬𝐨𝐧 𝟏Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang