• • •
Petra terbangun. Ia kemudian menolehkan kedua matanya ke arah jam dinding di ruang makan.
"Jam dua.. haaa aku ketiduran disini-huh?" Ia terhenyak ketika melihat tubuhnya yang terbalut sebuah jas hitam.
"Jas hitam? Kenapa ada disini? Tapi, ini seperti.. punya Kapten Levi."
Petra tak menyadari bahwa ada sosok yang memperhatikannya sejak tadi di belakangnya.
"Apa dia sempat kesini tadi? Kalau iya.. apa yang dia lakukan disini? Ah sudahlah, lebih baik aku bertanya nanti pagi."
"Petra Ral.."
Sontak tubuh Petra menegang dan tiba-tiba saja sebilah pisau tertodong ke arahnya dari belakang sebelum ia sempat bereaksi.
"Kau.. siapa?" tanya Petra sambil mencoba untuk tetap tenang. Sosok itu tertawa sinis, terdengar menyeramkan bagi Petra.
"Apa kau.. yang mengirim ancaman itu?"
Sosok misterius itu tetap tidak menjawab dan malah semakin mendekatkan pisaunya ke leher jenjang Petra, membuat gadis bersurai jahe itu semakin geram.
"JAWAB AKU!"
Dengan cekatan, Petra langsung mengambil pisau sakunya dan menyayat bagian perut orang misterius itu. Petra pun berhasil menghindar. Tampak sosok itu memakai jubah hitam panjang sehingga Petra sulit untuk mengidentifikasinya.
"Dengar.. jika kau ingin menghancurkan Pasukan Elite ataupun Kapten Levi.. kau salah untuk memilih lawan," tukas Petra sambil tetap waspada terhadap musuh yang ada di hadapannya.
"Sial.. turunkan pisaumu, Nona. Kau membuatku takut." Orang itu tampak mengaduh kesakitan sambil memegang perutnya. Petra berusaha untuk tetap bersikap tenang.
Seharusnya aku membawa 3D Manuver Gear ku 24 jam, batin Petra.
Petra pun mulai menyerang duluan dan berakhir dengan mereka yang saling adu bela diri. Beruntung Petra memiliki kemampuan bela diri yang cukup bagus, sehingga itu juga yang menjadi alasan kaptennya memilihnya secara langsung menjadi anggota Special Operation Squad.
BRUGH!!
Petra berhasil meringkus dan menjatuhkan orang tersebut, "Bicara sekarang!"
Namun, orang yang ia tahan sekarang malah tertawa licik, "Aku sarankan kau jangan melawan, Nona. Ruangan ini terlalu besar untuk kau.. melawan kami."
Petra terperangah, "Kami?"
GREPP!!
Secara tiba-tiba, mulut Petra dibekap dari belakang. Petra berusaha memberontak, namun tubuh sang pelaku lebih besar dibandingkan dengannya sehingga tenaganya tak sebanding. Petra merasakan sakit yang amat sangat di kepalanya. Pandangan sekelilingnya perlahan memburam.
Ini.. bius?
Petra bisa merasakan tubuhnya yang semakin lemas. Samar-samar ia melihat ada tiga orang pelaku di hadapannya yang akan segera membawanya.
"Tolong.. kap.. ten.." lirih Petra berusaha memanggil sang kapten, namun nihil. Dan perlahan semuanya pun menjadi gelap..
• • •
PUKUL ENAM KEESOKAN PAGINYA..
"Hei, Petra! Kau di dalam? Bangunlah, ini sudah pagi!" Eld menggedor-gedor pintu kamar Petra, namun tak ada jawaban sejak tadi.
"Tidak biasanya dia bangun terlambat. Biasanya dia yang selalu bangun pagi dan malah lebih dulu membangunkan kita," ujar Gunther keheranan.
"Apa kita masuk saja?" tanya Eld yang langsung dibalas anggukan oleh Gunther.
"Petra, kami akan masuk." Eld dan Gunther pun masuk ke kamar Petra. Mereka berdua terkejut, "Petra tidak disini? Dimana dia?"
"Oi, kenapa kalian disitu?"
Suara khas itu sontak membuat mereka berdiri tegap dan langsung memberi hormat.
"Petra.. tidak ada di kamarnya, Kapten," tutur Eld.
"Mungkin dia sudah di dapur. Kalian bangunkan dua babi itu, aku yang akan mengeceknya," kata Levi sambil berlalu pergi.
Mereka mengerti yang dimaksud 'dua babi itu' adalah Eren dan Oluo. Yah, bukan Kapten Levi namanya kalau tidak bermulut pedas. Mereka seakan sudah terbiasa mendengar caci maki dari mulut kaptennya itu.
"Siap, Kapten!"
• • •
Levi telah menginjakkan kakinya di dapur, namun dapur masih dalam keadaan gelap seperti semalam saat ia membuat teh.
Firasatku tidak enak, batin Levi gelisah.
Ia langsung menuju ruang makan, berharap gadis itu masih ada disana. Namun, ternyata tidak sesuai dengan harapannya.
Petra tidak ada disana.
Tak sengaja kedua safirnya menangkap objek berupa sebuah pisau yang terbalut bercak darah.
Darahnya kering.. tapi, ini belum lama.
Levi mengusap bercak darah itu. Ia juga mendapati jas hitam miliknya yang teronggok di lantai.
"Tch!" Levi mengepalkan tangannya. Perasaannya semakin memburuk. Entah mengapa, pikiran dan hatinya sekarang hanya tertuju pada keberadaan dan keselamatan Petra.
Sial, siapa yang berani menculik Petra?
• • •
Pria berjas hitam itu bertepuk tangan, "Kerja bagus!"
Lalu, pria itu meraba sensual setiap inci tubuh Petra yang terbaring tak sadarkan diri dihadapannya, "Nah, kumulai darimana ya? Hmm.. wajahnya terlalu cantik. Sebaiknya ini bagian terakhir saja, benar kan, Nial?"
Nial membungkuk hormat sambil tersenyum, "Apapun keputusanmu, Bos."
Pria itu tersenyum jahat layaknya psikopat yang sudah siap memangsa korbannya.
"Bawa dia ke ruangan tiga.."
---------------
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑨𝒍𝒘𝒂𝒚𝒔 𝑩𝒆 𝑾𝒊𝒕𝒉 𝑼 [𝑳𝒆𝒗𝒊 𝒙 𝑷𝒆𝒕𝒓𝒂] 𝐒𝐞𝐚𝐬𝐨𝐧 𝟏
Fanfiction"𝐵𝑖𝑎𝑟𝑘𝑎𝑛 𝑎𝑘𝑢 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑡𝑒𝑟𝑢𝑠 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑑𝑎 𝑑𝑖𝑠𝑎𝑚𝑝𝑖𝑛𝑔𝑚𝑢. 𝐵𝑖𝑎𝑟𝑘𝑎𝑛 𝑎𝑘𝑢 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑑𝑒𝑑𝑖𝑘𝑎𝑠𝑖𝑘𝑎𝑛 ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝𝑘𝑢 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑚𝑢. 𝐼𝑡𝑢 𝑎𝑑𝑎𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑚𝑝𝑖𝑎𝑛𝑘𝑢 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑎𝑚𝑎𝑚𝑢...