Part (22)

266 42 9
                                    

"ELD! OLUO!"

"P-Petra?!"

Petra langsung menampar pipi Oluo hingga pria itu terhuyung dan memukul perut Eld hingga membuatnya terjatuh.

"Beraninya.. BERANINYA KALIAN MELAKUKAN ITU PADAKU!!" bentak Petra dengan amarah yang telah membuncah. 

Gadis itu tak peduli lagi dengan wajahnya yang sudah bersimbah air mata dan perlakuannya tadi kepada Oluo dan Eld, karena menurutnya mereka berdua pantas mendapatkannya. Yang ia rasakan sekarang adalah.. kecewa.

Oluo dan Eld langsung bersimpuh di hadapan Petra, mengabaikan rasa sakit masing-masing. "Petra.. maafkan kami.. kami tidak bermaksud-"

"Kalian tidak tau betapa khawatirnya aku pada semua hal.. tega-teganya kalian.. apa benar kita satu squad? Apa benar kita teman?!"

Kedua pria itu langsung gelagapan, tidak tau ingin menjawab apa. Rasa bersalah semakin menghantui mereka. Rasanya mulut mereka terasa kelu ingin berkata.

"Ada apa ini-eh?"

Gunther yang baru saja selesai dengan bagian patrolinya tersentak melihat Oluo dan Eld yang tengah bersimpuh sambil memasang wajah memohon ampun kepada Petra. Lebih terkejut lagi ketika melihat Petra menangis. "Petra, kau kenapa?"

"Apa.. kau juga melakukannya bersama mereka?"

"Hah? Melakukan apa?" Gunther langsung panik karena ia tidak mengerti apa yang sedang terjadi dihadapannya sekarang.

"T-tidak, Petra. Hanya kami berdua.." jawab Eld sambil tetap menundukkan kepala.

"Berikan padaku suratnya.. DIMANA SURATKU?!"

Dengan tangan gemetar, Oluo langsung mengeluarkan sebuah amplop yang merupakan surat milik Petra itu dari saku rompi prajuritnya.

"Aku mengerti kebaikan kalian. Tapi, kalau saja kalian mau jujur.. aku tidak akan sekecewa ini."

Setelah mengatakan itu, Petra langsung berlari meninggalkan ketiga rekannya yang masih memasang wajah terkejut nan kaku mereka. Baru kali ini mereka melihat Petra yang begitu marah, bisa dibilang puncak amarahnya. Mereka berhasil membuat Petra menjadi orang yang berbeda dalam sekejap.

"Oi, kalian berdua! Apa yang kalian lakukan sampai Petra semarah itu?" tanya Gunther yang diabaikan oleh kedua manusia yang ditanya, karena mereka masih sibuk meratapi kesalahan.

• • •

Betapa lupanya Petra bahwa jarak dari halaman base hingga ke kamarnya terbilang cukup jauh karena kamarnya terletak di lantai atas dan di ujung koridor pula. Dan ia melupakan sesuatu..

Ia juga akan melewati ruang makan..

Semoga kapten sudah di kamarnya. Aku tidak mau dia melihat wajah menyedihkanku ini. Kumohon Tuhan..

"Kenapa kau masih berkeliaran?"

Tubuh Petra seketika membeku total mendengar suara khas itu. Ia berusaha menetralkan nafasnya yang terengah-engah dan menyembunyikan sesenggukannya, sebisa mungkin mempertahankan nada suaranya agar tidak bergetar.

"Aku hanya.. tidak bisa tidur. Makanya.. aku memutuskan untuk berkeliling base sebentar."

"Tatap aku kalau bicara, Petra."

Sial, kenapa aku malah menangis disaat begini?..

Petra perlahan membalikkan tubuhnya, berharap semoga kaptennya tidak menyadari air mata yang baru saja mengalir di wajahnya sedetik yang lalu.

Namun, nasi telah menjadi bubur..

Levi terkejut melihat perubahan jelas pada wajah Petra.

"Petra.. kenapa kau-"

𝑨𝒍𝒘𝒂𝒚𝒔 𝑩𝒆 𝑾𝒊𝒕𝒉 𝑼 [𝑳𝒆𝒗𝒊 𝒙 𝑷𝒆𝒕𝒓𝒂] 𝐒𝐞𝐚𝐬𝐨𝐧 𝟏Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang