Derap langkah lima ekor kuda cukup membuat bunyi gema beberapa meter radius di sekelilingnya. Tampak sekumpulan manusia memakai jubah hijau berlambangkan dua sayap kebebasan dengan bangga terus menerjang ke arah depan melewati hamparan rumput, namun tetap tak mengurangi atensi ke segala arah kalau-kalau ada Titan yang akan menyerang.
Tak terkecuali gadis berambut karamel itu..
Hembusan angin yang terus menerpa wajahnya, tak mengurangi kesan cantik pada diri wanita itu. Netra almondnya pun tengah bertugas memamerkan keindahannya pada seluruh objek di alam ini.
Namun, berbeda dengan sang raga, benaknya justru tengah beralih pikiran ke waktu pagi tadi.
2 jam yang lalu..
Pagi itu di rumah keluarga Rall, Petra menuruni tangga menuju lantai bawah, bersiap juga untuk pamit pada sang kepala keluarga. Dilihatnya Tuan Rall sedang duduk di kursi teras rumah sembari memegang secangkir teh panas di tangannya. Pandangannya begitu sayu dan menyendu, entah apa yang tengah dipikirkannya.
"Ayah.."
"Oh, Petra.." Tuan Rall langsung mengunci perhatiannya pada putri kesayangannya itu. "Kau mau kemana pagi-pagi seperti ini, Nak?"
"Aku akan pergi dalam dua hari karena ada misi. Misiku memeriksa kondisi jalur menuju Shiganshina untuk ekspedisi nanti. Ayah.. tidak apa-apa jika kutinggal?"
Tuan Rall tersenyum lembut memeluk putrinya. "Tidak apa-apa. Ayah akan jaga diri, Petra."
Entah kenapa gadis itu merasa rengkuhan ini.. sangat berbeda..
Hangat.. tapi juga dingin..
Tak dapat dipungkiri rasa sedih mulai menjalar pada dirinya. Selalu seperti itu jika berpamitan. Memang.. perpisahan adalah suatu hal yang harus ada namun pasti tak diinginkan.
"Tolong jaga dirimu. Jika nanti kau pulang dan tidak ada Ayah di rumah, itu berarti Ayah belum selesai mengerjakan tugas."
"Tugas?"
"Ah itu.. atasan Ayah baru saja mendapat lahan baru. Pastinya Ayah harus mencari banyak bibit organik lagi," ujar Tuan Rall tersenyum penuh semangat, "Jadi, jangan khawatir ya."
"Ayah, a-aku.. aku minta maaf. Sikapku sudah sangat keterlaluan. Mungkin aku memang anak durhaka."
"Kau tidak perlu minta maaf. Ayah yang sepenuhnya salah. Perbuatan Ayah sungguh tidak bisa dimaafkan dan Ayah juga tidak akan pernah-"
"Jangan berkata seperti itu, kumohon.." Tanpa sadar bulir bening mulai mengalir dari pelupuk mata gadis itu, "Aku.. aku bahkan sangat bersyukur kau baik-baik saja. Jangan terus menyalahkan dirimu.."
Petra pun menangis, padahal ia tidak ingin berniat itu. Sudah cukup ia menangis akhir-akhir ini, rasanya lelah sekali. Tapi, berkali-kali netra itu mengkhianati, terus mencoba mengeluarkan luapannya.
Tuan Rall memeluk erat putrinya kembali, "Maafkan Ayah, Petra."
"Berjanjilah padaku kau akan baik-baik saja! Jangan pernah menyembunyikan apapun lagi dariku!"
Tuan Rall terhenyak sejenak mendengar itu. Lalu, ia tersenyum dan hanya berkata, "Baiklah, Nak."
Petra mengembuskan nafas perlahan. Seketika wajahnya menengadah, menatap langit yang kala itu begitu biru. Coba saja kudanya juga bisa menengadah, Petra akan mengajaknya untuk melihat keindahan langit ini sampai puas.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑨𝒍𝒘𝒂𝒚𝒔 𝑩𝒆 𝑾𝒊𝒕𝒉 𝑼 [𝑳𝒆𝒗𝒊 𝒙 𝑷𝒆𝒕𝒓𝒂] 𝐒𝐞𝐚𝐬𝐨𝐧 𝟏
Fanfiction"𝐵𝑖𝑎𝑟𝑘𝑎𝑛 𝑎𝑘𝑢 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑡𝑒𝑟𝑢𝑠 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑑𝑎 𝑑𝑖𝑠𝑎𝑚𝑝𝑖𝑛𝑔𝑚𝑢. 𝐵𝑖𝑎𝑟𝑘𝑎𝑛 𝑎𝑘𝑢 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑑𝑒𝑑𝑖𝑘𝑎𝑠𝑖𝑘𝑎𝑛 ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝𝑘𝑢 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑚𝑢. 𝐼𝑡𝑢 𝑎𝑑𝑎𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑚𝑝𝑖𝑎𝑛𝑘𝑢 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑎𝑚𝑎𝑚𝑢...