Buram.. buram..
Perlahan jelas.. semakin jelas..
Begitulah kerja mata almond itu ketika mencoba melihat dunia kembali. Sekarang pemilik netra indah itu tengah mengaduh dalam hati karena tubuhnya yang begitu lemas seakan tak bisa digerakkan. Tubuhnya yang terbalut selimut terbangun di sebuah ruangan yang sangat dikenali, kamar asramanya sendiri.
Sayup-sayup terdengar pula suara dengkuran keras milik seorang pria yang-ah, gadis itu sangat membencinya.
Segera saja Petra menoleh ke samping mendapati Oluo yang tertidur di atas kursi dengan mulut terbuka sembari melipat tangan di dada. Sudah dua kali ia melihat pemandangan tidur seperti itu. Pertama kali saat mereka sedang giliran jaga base bersama.
Petra pun mengulurkan tangan kanannya berinisiatif untuk membangunkan. Pria itu terlonjak kaget dari posisinya dengan segala kalimat panik yang terlontar dari mulutnya, seakan dirinya baru saja terancam.
"Bangunlah, bodoh."
"Kau ini! Masih baik aku dengan tulus menunggumu-tunggu! Petra, sejak kapan kau sudah sadar?!"
"Belum lama. Mungkin 2 menit yang lalu," Lalu, gadis itu tersentak tiba-tiba, "Bagaimana dengan Nanaba dan Kapten?!"
"Mereka berdua baik-baik saja. Tapi.. untuk hasil pertarunganmu dan Nanaba," Oluo menghela nafas "kalian berdua didiskualifikasi karena.. dianggap membawa masalah pribadi yang hampir menyebabkan kejadian fatal."
"Kenapa.. kenapa seperti itu?! Kenapa Nanaba ikut didiskualifikasi?! Aku tidak mau. Dia lebih pantas menang," ujar Petra sembari hendak beranjak dari ranjangnya.
Melihat itu, Oluo segera mencegahnya, "Hei hei! Kau mau kemana, hah?!"
"Apa pedulimu?!"
"Kalau kau ingin protes pada Komandan Erwin ataupun Instruktur Keith, bisa-bisa kau dikeluarkan dari Survey Corps!"
"Aku tidak peduli, Oluo!"
"Petra! Petra, dengarkan aku! Baiklah, tapi tidak dengan kondisimu sekarang!" cegah Oluo "hahh ternyata kau lebih keras kepala daripadaku."
Sementara gadis jahe itu hanya bisa memasang wajah jengkelnya. Namun, beberapa detik kemudian ia menangkap ekspresi serius di wajah Oluo, membuat Petra pun terpaku sejenak.
"Kenapa kau menatapku beg-"
Sontak dihentikannya kalimat tanya itu karena Oluo tiba-tiba memegang bahunya. Tampak pria bernama belakang Bozado itu menarik nafas dalam-dalam.
"Kenapa kau bersikap beda akhir-akhir ini?"
"Apa.. maksudmu?"
Oluo menghela nafas lagi, "Jujur padaku.. kenapa kau seperti ini?"
"Aku tidak mengerti apa maksudmu. Kenapa juga aku harus menjawabmu?" balas Petra.
"Aku tau itu bukan luka lebam, Petra. Aku juga sudah lama menyadari sikapmu yang berubah." Oluo memfokuskan atensinya pada balutan di wajah Petra, "Tolong jujurlah. Kau sudah kuanggap sebagai keluargaku, kau tau?"
"Kita baru kenal saat pelatihan kadet," jelas Petra "dan darimana kesimpulanmu itu-ARGH!!"
Oluo membuka paksa balutannya, membuat Petra terkejut dan meringis sakit. "Karena aku yang mengganti perbannya!"
Gadis itu langsung menolehkan wajahnya ke arah lain dengan gugup. Dirinya merasa skakmat sekarang.
"Sekarang.. katakan.."
"A-aku menggoresnya sendiri."
"Tch! Kau bahkan bukan orang seperti itu!"
"Iya! Ini ulah orang brengsek yang mencelakai diriku. Kau puas?"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑨𝒍𝒘𝒂𝒚𝒔 𝑩𝒆 𝑾𝒊𝒕𝒉 𝑼 [𝑳𝒆𝒗𝒊 𝒙 𝑷𝒆𝒕𝒓𝒂] 𝐒𝐞𝐚𝐬𝐨𝐧 𝟏
Fanfiction"𝐵𝑖𝑎𝑟𝑘𝑎𝑛 𝑎𝑘𝑢 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑡𝑒𝑟𝑢𝑠 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑑𝑎 𝑑𝑖𝑠𝑎𝑚𝑝𝑖𝑛𝑔𝑚𝑢. 𝐵𝑖𝑎𝑟𝑘𝑎𝑛 𝑎𝑘𝑢 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑑𝑒𝑑𝑖𝑘𝑎𝑠𝑖𝑘𝑎𝑛 ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝𝑘𝑢 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑚𝑢. 𝐼𝑡𝑢 𝑎𝑑𝑎𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑚𝑝𝑖𝑎𝑛𝑘𝑢 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑎𝑚𝑎𝑚𝑢...