Gadis bersurai jahe itu mengedarkan pandangan ke sekelilingnya. Ia teringat sebelumnya ia sempat tak sadarkan diri karena terlalu lemas kekurangan darah. Bibirnya meringis ngilu, sepertinya di bagian kakinya, membuat maniknya pun meliriknya perlahan.
Yah, beberapa luka sayatan lagi terlukis di kedua kaki lemasnya.
Petra menghela nafas pelan. Tidak ada tanda-tanda Nico maupun anak buahnya.
Sudah berapa lama aku disini? Kapten dan yang lain sedang apa ya? Apa.. mereka sedang mencariku sekarang? Aku sangat.. menyedihkan, batin Petra mengutuk dirinya sendiri.
Bulir-bulir bening mulai mengalir dari pelupuk mata hazelnya. Benaknya kembali menerawang pada kejadian dimana ia terlalu lancang terhadap kaptennya. "Mungkin aku mendapat semacam.. karma? Maafkan aku, kapten."
Perlahan tapi pasti, kedua telinganya menangkap suara langkah kaki yang semakin mendekat. Beberapa detik kemudian, munculah pria kejam yang sangat Petra benci itu.
"Hai lagi, Nona Cantik-lho?" Nico menyadari air muka gadis yang ada dihadapannya, habis menangis. Petra melemparkan tatapan tajamnya ke arah Nico.
"Kenapa kau menangis, sayang?" tanya Nico sambil menjulurkan tangannya membelai pipi Petra.
GRAUPP!!
Petra langsung saja menggigit tangan kanan Nico yang baru saja ingin menyentuh pipi pucatnya.
"Beraninya kau!" Ditariknya kencang surai Petra oleh tangan tak bermanusiawi itu, membuat Petra merintih kesakitan.
"Jika satu jam lagi si cebol itu tidak datang juga, aku takkan segan membunuhmu, lho."
"Jika kau membunuhku.. bukan hanya pasukan pengintai.. pasukan militer yang lain pun tak akan tinggal diam.. dan organisasi jelekmu ini akan musnah-"
BUGGHH!! DUAAKK!!!
Wajah cantik tak berdosa itu kembali menjadi sasaran empuk, menorehkan luka yang lebih banyak lagi.
"Uhuk! Uhuk! Hoeekk!!" Petra memuntahkan darah cukup banyak, membuat Nico mengusapnya cepat bibir ranum Petra dan.. menjilatnya.
"Nial benar, darahmu.. manis sekali, nona."
"Kalian semua.. sangat menjijikkan!"
DUAAKK!!!
Petra terbelalak kaget. Bagian perutnya langsung ditendang begitu saja. Alhasil, darah segar miliknya kembali mengalir keluar.
"Kau ingin tau alasan kenapa aku ingin menghancurkan squad kalian, hm?" Nico mengelus lembut pipi Petra. Tapi, kali ini Petra tidak mampu melawan atau sekedar menepisnya. Tenaganya sudah terlalu lemah untuk melawan.
"Setidaknya kau harus tau semuanya di waktu-waktu terakhirmu."
Sekali lagi, gadis itu hanya bisa terdiam lesu. Pandangannya kembali linglung dan sekujur tubuhnya terasa semakin sakit. Kedua manik hazelnya terus mengernyit ngilu dan enggan untuk menatap pria bengis dihadapannya.
"Alasan pertama, aku.. sangat membenci Survey Corps. Kalian semua hanyalah bualan! Kalian nyatanya tidak pernah memakmurkan kami. Semua pidato komandan bodohmu itu hanyalah sumpah palsu! Alasan kedua, squad kalian sangat menyusahkan kami! Terutama.. si cebol jelek itu! Dan.. alasan ketiga.." Nico mendekatkan wajah liciknya ke telinga kiri Petra sembari berbisik, ".. aku memang ingin membunuhnya sejak dulu."
Petra tersenyum miris mendengarnya. Sepertinya ia sekarang mengerti mengapa Kapten Levi dijuluki 'Manusia Terkuat'. Dia pasti telah melalui banyak rintangan dan menghadapi banyak musuh yang membenci dirinya, seperti Nico ini. "Ternyata.. kau tipe orang yang selalu membawa perasaan ya. Lemah sekali mentalmu-"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑨𝒍𝒘𝒂𝒚𝒔 𝑩𝒆 𝑾𝒊𝒕𝒉 𝑼 [𝑳𝒆𝒗𝒊 𝒙 𝑷𝒆𝒕𝒓𝒂] 𝐒𝐞𝐚𝐬𝐨𝐧 𝟏
Fanfiction"𝐵𝑖𝑎𝑟𝑘𝑎𝑛 𝑎𝑘𝑢 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑡𝑒𝑟𝑢𝑠 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑑𝑎 𝑑𝑖𝑠𝑎𝑚𝑝𝑖𝑛𝑔𝑚𝑢. 𝐵𝑖𝑎𝑟𝑘𝑎𝑛 𝑎𝑘𝑢 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑑𝑒𝑑𝑖𝑘𝑎𝑠𝑖𝑘𝑎𝑛 ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝𝑘𝑢 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑚𝑢. 𝐼𝑡𝑢 𝑎𝑑𝑎𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑚𝑝𝑖𝑎𝑛𝑘𝑢 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑎𝑚𝑎𝑚𝑢...