Part (46)

196 24 32
                                    

Sebuah ruangan terisi oleh empat orang didalamnya, termasuk salah satunya yang terbaring di atas ranjang. Tampak dua orang lainnya tengah memasang wajah gusar, melihat wanita dihadapan mereka sedang terampil memeriksa keadaan seorang gadis yang terbaring itu.

"Bagaimana keadaannya?"

Wanita yang diketahui adalah seorang dokter itu menghela nafas, "Ini sudah pemeriksaan yang kedua kali, jadi akan kujelaskan secara detil pada kalian. Tolong dengarkan dengan seksama."

"Tentu saja. Akan kami dengarkan," tukas Hanji tidak sabaran.

"Secara eksternal, luka yang dialaminya cukup parah. Dia sempat mengalami pendarahan di kepala. Dia juga mendapat banyak luka fisik, terutama di wajahnya. Untuk luka tembak di lengan kirinya, butuh beberapa minggu untuk memulihkannya dan sebaiknya menggunakan gips. Namun, yang lebih kucemaskan justru bukan luka luarnya."

Wanita itu kembali menghela nafas, "Luka internal. Dengan kata lain.. tentang kejiwaannya."

"Masalah kejiwaan? Tapi Petra-"

"Cepat katakan saja apa asumsimu, dokter sialan!" sela Levi.

"Aku mengerti, Levi. Soal itu.. aku memang bukan ahlinya, tapi secara medis aku juga bisa memberi pernyataan. Dia mengalami syok yang sangat berat, namun seperti sudah terjadi dalam waktu yang cukup lama. Apa ada beberapa kejadian berat yang menimpanya sebelum ini?"

Levi terhenyak. Benaknya kembali mengingat rentetan memori lampau yang melibatkan Petra. Perlahan dirinya menghela nafas. "Iya, ada.."

Hanji terkejut, "Levi, kau.."

"Aku sudah menduganya," jelas Levi sembari menatap sendu ke arah Petra, "Dia.. memiliki trauma sejak kejadian itu."

Tak butuh beberapa lama Hanji untuk mengerti maksud dari kata 'kejadian itu'.

Nicolas Ravelis.

Sejenak dirinya kembali mengingat nama pria brengsek itu. Dirinya merasa bersalah telah menyimpulkan semata bahwa Petra terlihat seperti baik-baik saja.

"Begitu ya. Baiklah, sebaiknya.. sementara ini kalian membantunya untuk pulih. Jauhkan dia dari hal-hal yang membuat traumanya kembali."

"Baiklah, kami mengerti," jawab Hanji.

"Untuk luka luarnya, tolong ganti perbannya minimal dua kali sehari, terutama luka jahitan di kepalanya. Usahakan jangan terkena benturan atau apapun dulu, khawatir jahitannya akan terbuka. Untuk gips nya tenang saja, nanti akan kuurus. Pasti kukabari kalian."

"Baiklah, terimakasih atas penjelasannya. Maaf, sepertinya kami selalu membuatmu repot."

"Tidak apa-apa, Hanji. Sudah menjadi kewajibanku sebagai tenaga medis. Lagipula Erwin adalah temanku, dan berkatnya aku bisa mengenal kalian dengan baik. Aku senang bisa membantu memulihkan kesehatan para prajurit. Ah, sampaikan salamku untuk si alis tebal itu."

Hanji tersenyum, "Kau tenang saja. Pasti akan kusampaikan."

"Terimakasih. Kalau begitu, aku permisi dulu. Semoga.. dia cepat pulih kembali."

Hanji dan Levi pun berterimakasih seperginya sang dokter dari ruangan. Terlihat kemudian pria berpangkat kapten itu mendudukkan tubuhnya kembali tepat berjarak hanya beberapa jengkal dari tubuh Petra yang sedang terbaring itu. Tatapannya tak lepas sedikit pun dari gadis itu.

Dan Hanji sepertinya mengerti situasinya..

"Levi.."

"Apa?"

"Kau tenang saja. Petra pasti akan pulih dengan cepat. Jangan memasang tatapan seperti itu. Kau malah membuatnya sedih nanti.

Levi berdecak pelan, "Pergilah, kacamata sialan."

𝑨𝒍𝒘𝒂𝒚𝒔 𝑩𝒆 𝑾𝒊𝒕𝒉 𝑼 [𝑳𝒆𝒗𝒊 𝒙 𝑷𝒆𝒕𝒓𝒂] 𝐒𝐞𝐚𝐬𝐨𝐧 𝟏Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang