Part (20)

273 44 7
                                    

Levi memutuskan untuk ikut langsung mengawasi Nico ke sel tahanannya. Hal ini pun juga sudah mendapat persetujuan dari Erwin. Bersama satu prajurit polisi militer, mereka bertiga menuju sel isolasi khusus untuk bos mafia yang bisa dikatakan telah menyerah dan pasrah itu. Beberapa anak buahnya juga telah dijebloskan ke penjara di bawah naungan polisi militer langsung, termasuk Nial.

"Ya ampun, kau sampai segitunya mau menemaniku," cibir Nico memberi seringaian.

"Aku hanya memastikan kau tidak akan bisa kabur karena kalau sampai itu terjadi aku akan langsung menebas lehermu."

"Iya iya, haahh insting premanmu masih ada ya."

Sampailah mereka di ruang isolasi tepat di ujung koridor penjara. Ruangan tersebut hanya memiliki satu ventilasi kecil untuk menghirup udara luar. Dinding yang kedap suara dan terdapat sebuah lampu remang-remang yang minim pencahayaan pula. Tersedia kloset dan tempat tidur yang tentu saja jauh dari king size. Ya, kriteria ruangan yang sangat cocok untuk penjahat kelas berat.

"Aku akan mengurus babi ini sebentar," kata Levi pada prajurit itu sambil menyeret Nico ke dalam ruangan. Prajurit itu langsung meneguk ludahnya mendengar kalimat tajam nan mutlak kapten pasukan elite itu. Ia langsung mengangguk menuruti sembari memberi hormat.

"Bukankah itu terlalu sarkas, kapten Levi yang terhormat?" Nico meringis pelan mengingat sepertinya sudah dua kali dirinya dipanggil 'babi'.

"Pantas untukmu. Itu juga panggilan yang biasa."

Jadi.. ada yang lebih parah dari panggilan 'babi'?!

"Langsung saja, bagaimana kau bisa naik ke permukaan?" tanya Levi sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

"Hah? Kau kemari hanya ingin bertanya itu?"

"Jawab saja!"

Nico menghela nafas, "Simpel saja. Aku menyogok penjaga gerbang yang menjaga perbatasan menuju ke atas. Kau tau aku ke atas sini hanya demi urusanku denganmu! Sejak kau, Isabel, dan Farlan mencuri bagianku, Kalajengking Hitam menetapkan tujuan untuk memusnahkan kalian bertiga. Kemunculan kalian juga membuat reputasiku ternodai."

"Kalajengking Hitam, tch. Jadi, itu bukan hanya sebutan untukmu tapi juga perkumpulanmu. Juga.. bagian untuk membunuh Erwin dan mencuri gulungan dokumen itu?"

Nico mengangguk, "Karena itu juga merupakan misi paling penting untuk kami. Seharusnya, pak tua sialan itu memberinya pada kami, bukan kalian bertiga."

"Lalu.. kenapa sampai mengincar reguku juga?!"

"Karena.. regumu juga bagian dari kehidupanmu." Nico tersenyum menyeringai, membuat Levi langsung menarik kerah baju Nico.

"Hei hei lepaskan.. itu dulu.. sekarang aku sudah menyerah kok, percayalah. Santai saja, okey?"

Levi menghempas kasar tubuh Nico, "Sampai mati pun, bajingan sepertimu tidak bisa dipercaya."

"Terserah kau saja. Aku hanya tidak percaya preman berandal sepertimu bisa bergabung dengan Survey Corps yang dipimpin langsung oleh Erwin Smith, itu membuatku jijik. Kenapa kau mau? Dan.. aku tidak pernah melihat Isabel dan Farlan lagi. Kemana mereka?"

Levi terhenyak mendengar nama kedua sahabat berharganya disebut. Tidak, mungkin lebih pantas disebut sebagai keluarga keduanya setelah kematian Kuchel, sang ibunda. Pikirannya kembali menerawang kejadian miris itu yang membuatnya menghukum dirinya sendiri sampai sekarang.

"Bisa dibilang itu semua karena kebodohanku di masa lalu. Nyatanya, kau beruntung karena tidak mendapat bagian itu."

"Hah? Apa maksudmu?" Nico menautkan kedua alisnya, bingung.

𝑨𝒍𝒘𝒂𝒚𝒔 𝑩𝒆 𝑾𝒊𝒕𝒉 𝑼 [𝑳𝒆𝒗𝒊 𝒙 𝑷𝒆𝒕𝒓𝒂] 𝐒𝐞𝐚𝐬𝐨𝐧 𝟏Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang