Terlihat dua orang gadis yang tengah saling berbagi sandaran punggung, menetralkan nafas satu sama lain. Beberapa butir keringat mengucur di wajah mereka, tanda bahwa keduanya benar-benar dalam keadaan lelah.
"Ternyata.. hah.. hhah.. mendapatkan makanan.. lebih sulit dibanding memotong tengkuk Titan."
Petra membalas dengan anggukan lelah, "Kau benar. Kita.. belum terlalu tua kan? Kenapa.. rasanya lelah sekali.. hanya begini?"
"Tidak. Salahkan mereka. Semua orang.. akan benar-benar egois pada waktunya.."
Suasana di kedai tadi berubah mencekam seketika, begitu mendengar interupsi bahwa stok kue nya akan segera habis, dan untuk gelombang selanjutnya harus menunggu dua jam lagi.
Tak tanggung-tanggung mereka mengandalkan kemampuan menyelinap di antara kumpulan manusia penuh sesak itu.
"Beruntung sekali kita hari ini," lanjut Petra sembari memperdalam indra penciumannya, "Wah, aroma blueberry nya! Pie nya juga benar-benar masih hangat!"
"Benar, kan? Mereka memang sangat ahli dalam pembuatannya."
Kedua gadis itu mulai melahap dan meresapi rasanya. "Enak.."
"Petra, Chocolate Milk Pie masih menunggu kita."
Petra mengangguk sembari mengunyah, "Tenang saja. Siapkan perut kita untuk menampung semuanya."
Gadis blonde itu terkekeh, kemudian mengangkat sebelah alisnya dan memberi senyuman miring.
"Baiklah. Hei, kau tidak lupa membeli untuk kekasih dinginmu dan bocah itu juga, kan?"
"Kau salah paham. D-dia.. bukan.."
"Hm, kau mau mengelak lagi?"
Gadis bermarga Rall itu menghela nafas dan sedikit menundukkan kepalanya. "Darimana.. kau bisa tahu?"
"Yah, aku tahu hubungan kalian pasti akan berakhir begini. Makanya, aku tidak kaget lagi. Kalian ini.. mau menyembunyikan seperti apapun, cepat atau lambat orang-orang pun pasti akan menyadarinya. Kau juga tidak bisa menyembunyikannya dariku."
Petra kembali menghela nafas, "Aku.. yang menyatakannya lebih dulu. Lalu, ternyata balasannya sangat berbeda dari apa yang kupikirkan. Kupikir.. dia akan membenciku. Ternyata salah paham yang menghalangi itu. Aku pun.. masih belum bisa mempercayainya."
Nanaba tersenyum mendengar pengakuan itu. "Begitulah takdir kalian, dan kalian harus menjalaninya dengan baik. Aku akan terus mendukungmu, Jahe! Luluhkan hati batu cebol itu ya!"
Gadis pemilik sorot almond itu tertawa, namun tak berselang lama, karena melihat raut wajah sahabatnya yang berubah menyendu.
"Ada apa?"
"Aku minta maaf, Petra. Aku mungkin bukan teman yang baik. Sebelumnya.. aku tidak cepat menyadari keadaanmu."
"Ah, itu.." Petra mengerti apa yang dimaksud oleh Nanaba, "Mungkin aku juga salah. Aku.. tidak mau merepotkanmu dan yang lain, terutama Kapten."
"Kau tidak boleh seperti itu lagi. Lain kali ceritalah padaku."
"Aku tidak mau berjanji, takut aku tidak bisa menepatinya," balas Petra sembari tersenyum lembut, "Maaf, sepertinya aku juga belum bisa menjadi teman yang baik."
"Ahahaha! Kenapa suasananya jadi menyedihkan begini? Pie kita masih menunggu tahu!"
Petra mendengus kesal, sembari berkacak pinggang. "Kau yang memulainya lebih dulu, landak!"
"Hei, Petra, intinya kita harus banyak menghabiskan waktu bersama. Apalagi.. dalam hitungan hari sudah ekspedisi. Bahkan, sudah pasti kita akan berpisah regu, dan aku akan kembali menjadi budak Mike."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑨𝒍𝒘𝒂𝒚𝒔 𝑩𝒆 𝑾𝒊𝒕𝒉 𝑼 [𝑳𝒆𝒗𝒊 𝒙 𝑷𝒆𝒕𝒓𝒂] 𝐒𝐞𝐚𝐬𝐨𝐧 𝟏
Fanfiction"𝐵𝑖𝑎𝑟𝑘𝑎𝑛 𝑎𝑘𝑢 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑡𝑒𝑟𝑢𝑠 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑑𝑎 𝑑𝑖𝑠𝑎𝑚𝑝𝑖𝑛𝑔𝑚𝑢. 𝐵𝑖𝑎𝑟𝑘𝑎𝑛 𝑎𝑘𝑢 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑑𝑒𝑑𝑖𝑘𝑎𝑠𝑖𝑘𝑎𝑛 ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝𝑘𝑢 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑚𝑢. 𝐼𝑡𝑢 𝑎𝑑𝑎𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑚𝑝𝑖𝑎𝑛𝑘𝑢 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑎𝑚𝑎𝑚𝑢...