Langkah kaki gadis itu begitu cepat menuju kandang kuda yang letaknya di belakang markas. Sedaritadi ia mengabaikan sapaan dari rekan-rekan prajuritnya, tetapi bukan rekan squadnya tentunya. Ketiga pria itu sudah pulang manis ke rumah masing-masing sejak selesai rapat. Bukannya gadis itu sombong tidak mau menyapa. Hanya ia benar-benar dalam keadaan buruk sekarang. Ia takut wajah berantakan karena menangis sepanjang perjalanan itu terlihat oleh orang-orang.
Segera saja Petra mencari dimana kudanya karena urutan para kuda diatur oleh kepala divisi kebutuhan Survey Corps. Setiap setelah dipakai, urutannya selalu berbeda. Namun, para prajurit diperbolehkan memiliki akses sendiri untuk mengambil kuda mereka, asalkan dirawat dan dijaga. Peraturan itu baru berlaku sejak Erwin menjabat sebagai komandan.
"Petra?"
Gadis itu menangkap suara Hanji yang memanggilnya, jika ditebak pasti sebentar lagi menghampirinya.
Petra langsung saja menaiki kudanya dan melaju dengan kecepatan sedang, meninggalkan Hanji yang tengah memanggil namanya beberapa kali. Pasti wanita itu bingung dengan sikapnya sekarang.
"Petra! Kau mau kemana? Tunggu!"
Sempat Hanji mengejarnya, namun tetap kuda pasti lebih cepat. Alhasil, dirinya pun terengah-engah.
"Kenapa dengannya?.. hah.. hah.. aneh sekali padahal aku sering berolahraga. Tapi.. begini saja capek sekali," keluh Hanji sembari meregangkan pinggangnya ke kanan-kiri.
"Tandanya kau sudah tua."
Sontak ia berteriak karena terkejut. Suara bariton itu milik Levi, sedang menatap datar di belakangnya sembari melipat tangan di depan dada.
"Astaga, Levi! Kalau aku mati terkejut bagaimana?!"
"Bagus. Tidak ada lagi orang aneh yang mau bereksperimen Titan sepertimu."
"Hei! Bersyukurlah karena aku bereksperimen! Kalau tidak Erwin akan stress dan akan berakhir botak seperti.. si Connie itu, ya?"
Levi berdecak. "Aku tidak pernah menghafal nama bodoh mereka."
"Kau ini.. sampai kapan akan bersikap galak dan dingin seperti ini. Bisa-bisa nanti tidak ada yang mau menggali liang kuburmu karena kau begitu menyeramkan semasa hidup. Kau akan menjadi roh gentayangan yang menyesal," goda Hanji sambil terkekeh.
"Aku tak peduli."
"Bercanda! Oh iya, kukira kau kesini ingin menanyaiku kenapa denganku tadi."
Levi terdiam, tidak juga mengiyakan. Namun, Hanji memahami sorot mata itu yang langsung menoleh kearahnya. Ah, berarti si cebol ini ingin tau.
"Petra mengambil kudanya dan pergi begitu saja. Padahal aku memanggilnya beberapa kali. Menurutku.. ia tak seperti biasanya."
"Apa alasannya?"
"Entah, aku tidak tau. Aku juga tidak tau dia pergi kemana," Hanji tampak berpikir sejenak dan kemudian.. dirinya terkejut sendiri. "Mungkinkah.. terjadi sesuatu antara dirinya dengan Nico-"
"Oi! Apa maksudmu?"
Hanji spontan menutup mulutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑨𝒍𝒘𝒂𝒚𝒔 𝑩𝒆 𝑾𝒊𝒕𝒉 𝑼 [𝑳𝒆𝒗𝒊 𝒙 𝑷𝒆𝒕𝒓𝒂] 𝐒𝐞𝐚𝐬𝐨𝐧 𝟏
Fanfiction"𝐵𝑖𝑎𝑟𝑘𝑎𝑛 𝑎𝑘𝑢 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑡𝑒𝑟𝑢𝑠 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑑𝑎 𝑑𝑖𝑠𝑎𝑚𝑝𝑖𝑛𝑔𝑚𝑢. 𝐵𝑖𝑎𝑟𝑘𝑎𝑛 𝑎𝑘𝑢 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑑𝑒𝑑𝑖𝑘𝑎𝑠𝑖𝑘𝑎𝑛 ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝𝑘𝑢 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑚𝑢. 𝐼𝑡𝑢 𝑎𝑑𝑎𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑚𝑝𝑖𝑎𝑛𝑘𝑢 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑎𝑚𝑎𝑚𝑢...