Matahari pagi menuju siang senantiasa menyingsing Negeri Paradis kala itu. Suasana permukiman warga pun saat itu tak kalah ramainya, terlebih di waktu seperti itu aktivitas masing-masing manusia dalam tingkatan padat.
Namun, disamping semua itu, bisa dikatakan beberapa populasi kaum hawa dan bocah berumur sedang memfokuskan atensi pada siapa yang tengah berjalan di sepanjang jalur penuh sesak manusia.
"Bu-bukankah itu Kapten Levi?"
"Kenapa dia ada disini?"
"Mungkin dia sedang ada urusan di tempat ini."
"Tolong lihatlah ke arah sini!"
"Keren! Itu Kapten Levi!"
Kegiatan mereka adalah sibuk bergelut dengan rasa penasaran tentang mengapa seorang prajurit terkuat umat manusia berjalan ditengah sinar matahari dengan kudanya.
"Tch, berisik."
Beruntung memakai kuda, jika tidak mungkin ia tidak akan bisa membelah jalanan penuh lautan manusia itu. Terlebih dengan ukuran tubuhnya yang tidak seperti kebanyakan pria normal berumur tiga puluh tahun-an, mungkin saja dia akan terjebak disana.
Berkali-kali rahang tajam itu melonggar, mengeluarkan helaan nafas karena lelah menghadapi situasi itu, namun tetap dengan wajah datarnya.
Tak sedikit yang melontarkan kalimat kekaguman.
Tak sedikit juga yang sibuk membicarakannya.
Namun, semua orang tahu bahwa seorang Levi tidak bisa didekati secara sembarangan. Bahkan, derap langkah kudanya terdengar mutlak bagi mereka.
Lebih baik tidak mengusik atau akan mendapat masalah serius.
Levi terpaksa menarik tali kudanya dan menghentikan langkah tatkala dua bocah laki-laki menghadangnya di depan. Mereka terlihat memandangi Levi dengan mata berbinar.
"Apa?"
Kedua bocah itu sontak ketakutan mendengar nada yang tajam itu, terdengar mengintimidasi. Namun, keduanya tetap memberanikan diri menegakkan tubuh mereka.
Beberapa detik kemudian, Levi dibuat terkejut karena mereka tiba-tiba memberi salute.
"K-kami mengagumimu, Kapten! Tolong terimalah ini dari kami!"
Dua buah kain polos tangan mungil mereka sodorkan, membuat Levi menautkan kedua alisnya. Ia memutuskan untuk turun dari kudanya setelah sejenak berpikir. Tangan ahli penebas Titan itu pun mengambilnya.
Levi tertegun. Nyatanya itu bukanlah kain polos, melainkan tergambar siluet dua lambang sayap kebebasan dengan tinta hitam.
"I-itu.. hasil gambar kami. Maaf kalau terlihat buruk.."
"Kami.. kami ingin menjadi prajurit sepertimu! Pasukan Pengintai sangatlah keren!"
Sorot binar dari mata mereka yang dilihat oleh kedua safir itu.
Entah kenapa hatinya menghangat. Dipandanginya sekali lagi pemberian itu, terutama goresan tangan kecil mereka.
Harapan.
Harapan yang secara tak langsung diberikan padanya, juga harapan untuk kedua bocah itu.
Mungkin itulah yang dapat Levi simpulkan.
Sekali lagi ia tidak ingin berjanji perihal harapan, karena hasilnya.. tidak akan ada yang pernah mengetahuinya.
Tentang harapan.. apa sebenarnya arti dari kata itu?
Levi pun menyimpannya. Tangannya merogoh sesuatu di dalam saku lainnya, berharap mendapat objek yang diinginkan. Setelah didapat, ia memberikannya pada kedua bocah dihadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑨𝒍𝒘𝒂𝒚𝒔 𝑩𝒆 𝑾𝒊𝒕𝒉 𝑼 [𝑳𝒆𝒗𝒊 𝒙 𝑷𝒆𝒕𝒓𝒂] 𝐒𝐞𝐚𝐬𝐨𝐧 𝟏
Fanfiction"𝐵𝑖𝑎𝑟𝑘𝑎𝑛 𝑎𝑘𝑢 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑡𝑒𝑟𝑢𝑠 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑑𝑎 𝑑𝑖𝑠𝑎𝑚𝑝𝑖𝑛𝑔𝑚𝑢. 𝐵𝑖𝑎𝑟𝑘𝑎𝑛 𝑎𝑘𝑢 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑑𝑒𝑑𝑖𝑘𝑎𝑠𝑖𝑘𝑎𝑛 ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝𝑘𝑢 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑚𝑢. 𝐼𝑡𝑢 𝑎𝑑𝑎𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑚𝑝𝑖𝑎𝑛𝑘𝑢 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑎𝑚𝑎𝑚𝑢...