PART 29

40 11 0
                                    


.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Jimin tersenyum lembut saat melihat Seundi memakan beberapa makanan pinggir jalan yang dia beli. Dia pun mengambil sepotong pizza yang di pesan Seundi.

"apa tidak masalah kita membawa makanan dari luar? " tanya Seundi khawatir.

"mereka tidak akan marah, lagi pula mereka juga tidak tau aku membawa makanan ini kedalam, kau tidak perlu khawatir" ucap Jimin.

"kalau ketahuan bagaimana?"

Jimin tersenyum saat melihat wajah khawatir Seundi di tambah lagi mulut gadis itu penuh dengan makanan.

"kenapa? Jimin  aku serius  kalau ketahuan bagaimana?"

"kita tidak akan di marahi hanya karena membawa makanan dari luar sayang" Jimin mengusap sudut bibir Seundi dimana sisa saus tteobokki berada.

"kau yakin?" tanya Seundi sekali lagi. Jimin langsung mengangguk menjawab kekhawatiran Seundi.


ddddrrrtttt,,,,,,

Jimin meraih ponselnya lalu mengangkat panggilan masuk. Sesekali dia melirik Seundi dan sedikit kesal.

"ada apa??" tanya Seundi saat Jimin mengakhiri panggilan masuk dari sang menejer.

"aku harus kembali sekarang,," ucap Jimin sedikit berat karena dia masih ingin bersama Seundi.

"kenapa mendadak sekali?"

"aku harus melakukan wawancara dengan salah satu majalah jepang sebelum meninggalkan korea" jelas Jimin. Dia merasa bersalah karena harus meninggalkan Seundi.

"aku juga tidak bisa mengantarmu pulang " lanjut Jimin.

"tidak masalah,, aku bisa menghubungi Junki Oppa,," Jawab Seundi santai. Sebenarnya dia sedikit kecewa karena Jimin mendadak harus pergi, tapi ya mau gimana lagi.

"aku benar benar minta maaf" Jimin menarik Seundi kedalam pelukannya sebelum pergi.

"kau bisa hubungi aku nanti "

"Seun ah boleh aku minta satu hal?" Jimin menatap Seundi tanpa melepas pelukannya.

"apa??"

"bolehkan aku mencium mu?" permintaan Jimin membuat Seundi terdiam. Jantungnya sekarang kembali berdetak tidak karuan hanya karena permintaan Jimin.

"A-aaku,,"

Tangan Seundi yang sebelumnya berada di pinggang Jimin sekarang perlahan mulai turun. Dia sangat gugup hingga mengenggam kuat kedua sisi bajunya.

Jimin menyadari kegugupan Seundi, dia pun melepas pelukannya takut trauma gadis itu kembali lagi, dia juga tidak ingin memaksa Seundi dan akan menunggu sampai tunangannya itu siap.

"kalau kau tidak mau tidak masalah,," Jimin tampak memaksakan senyumnya seolah baik baik saja. Dia berbalik mengambil Jaket dan langsung memakainya.

Seundi sangat menyadari tatapan kecewa Jimin. Dia terus berperang dengan otaknya untuk berfikir.

"aku pergi,, jangan keluar sampai Junki Hyung menjemput mu kesini" Jimin mengelus kepala Seundi sebelum pergi.

"lakukanlah,," ucap Seundi tepat saat Jimin akan membuka pintu geser itu. Pria itu menatap tunangannya bingung.

"kita tidak akan bertemu beberapa bulan kedepan, aku juga sudah membuat mu menunggu terlalu lama, jadi lakukanlah" ucap Seundi.

"kau yakin?"

MEMORITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang