Part 8

135 14 0
                                    

.
.
.
.
.

Siapapun dapat merasakaan ketegangan dalam ruangan ini setelah kekacauan yang gadis itu perbuat. Seundi, gadis malang itu menatap pria paruh baya yang duduk di sofa tidak jauh di depannya. Seundi sangat marah setelah sadar di tipu Harin dan Junki, bahkan semua bantal dan barang yang ada di dekatnya sudah tergeletak di lantai akibat ulahnya sendiri.

"Biarkan aku kembali ke Korea" ucap Seundi tanpa melepaskan tatapannya pada sosok pria di depannya siapa lagi kalau bukan Cho Hansung sosok Ayah yang sangat dia benci.

"Kau harus melakukan pengobatan disini" jawab Hansung singkat.

"Aku bisa melakukan pengobatanku sendiri di Korea tanpa bantuan darimu, jadi biarkan aku pergi" teriak Seundi frutasi dan kembali melempar bantal terakhir di dekatnya. Sesaat Seundi tersadar dengan pikirannya sendiri dan kembali menatap tajam Hansung di depannya.

"Apa kau mencoba menjauhiku dari Haechan seperti yang kau lakukan menjauhkan ku dari Oppa" Seundi menatap Hansung curiga. Seundi dapat melihat keterkejutan pria di depannya. Seundi baru ingat sekarang dia punya kakak laki laki 8 tahun lebih tua darinya. Bahkan sekarang Seundi tidak menginggat wajah dan nama pria yang sangat dia rindukan itu. Seundi bahkan sempat sakit selama sebulan karena merindukan kakaknya membuat sang ibu hilang akal.

"Turuti saja apa yang aku katakan, 2 hari lagi kau akan melakukan pengobatan dengan dokter terbaik disini" Hansung berdiri dari duduknya "jangan habiskan tenaga mu hanya untuk hal yang tidak berguna seperti ini" Hansung menatap lantai kamar yang berantakan dan mendekati Seundi. Hansung mengangkat tangannya dan mengelus lembut kepala Seundi.

"Jauhkan tangan kotormu dari kepala ku " Seundi menatap Hansung tajam. Hansung mengabaikan ucapan Seundi dan tetap mengerakan tangannya di atas kepala Seundi.

"Jangan pernah berfikir aku akan melakukan apa yang telah kakekmu lakukan, aku tidak akan pernah memisahkan anak anak ku lagi" tanpa sadar air mata Seundi mengalir begitu saja setelah mendengar ucapan Hansung.

"Kau boleh membenci ku, tapi kau harus menuruti apa yang ku mau" Hansung menurunkan tangannya dan berbalik untuk meninggalkan kamar Seundi di ikuti Junki yang sedari tadi berdiri tidak jauh dari pintu.

Tangis Seundi pecah ketika pintu kamar sudah tertutup dengan sempurna. Seundi memukul dadanya yang mulai sesak.

"Apa anda baik baik saja Tuan? " Junki dengan sigap menahan tubuh Hansung yang mulai kehilangan keseimbangan.

"Aku baik baik saja" lirih Hansung.

Hansung menatap pintu kamar Seundi, Suara tangisan Seundi membuat Hansung merasa bersalah dan sangat khawatir.

"Anda tidak perlu khawatir tuan, Nona Seundi hanya butuh waktu untuk sendiri " ucap Junki menjawab kekhawatiran Hansung.

"Sebaiknya anda istirahat" bujuk Junki. Hansung mengangguk dan berlalu menuju kamarnya.

***

Junki membuka pintu kamar Seundi, membuang nafasnya kecewa melihat makanan dan obat yang masih utuh di atas nakas. Lagi, Seundi tidak menyentuh makanannya.

"Apa kau masih marah? " Junki mengambil duduk di tepi ranjang dan mencoba mengajak Seundi kembali bicara.

Tidak ada jawaban, Seundi yang berbaring di atas ranjang masih menutup rapat matanya.

"Apa kau tidak ingin sembuh? " Seundi membuka kedua matanya dan berbalik menatap Junki.

"Aku hanya ingin kembali ke Korea " akhirnya Seundi membuka suaranya. Kali ini berbeda, bukan tatapan marah yang di berikan Seundi melainkan tatapan memohon.

MEMORITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang