.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Jimin memperhatikan mobil yang parkir tidak terlalu jauh dari rumahnya. Ternyata sedari tadi Jimin menyadari kalau kedua pria yang ada di dalam mobil itu mengikuti mereka dari pasar.
Awalnya Jimin berfikir mereka adalah orang suruhan Junki tapi ternyata dia Salah, pria itu bahkan belum mengirim siapapun ke Busan untuk menjaga Seundi.
"Siapa mereka?" Gumam Jimin. Matanya tidak pernah lepas dari mobil tersebut melalui Jendela rumahnya.
"Apa yang kau lihat?" Ucap Seundi tiba tiba membuat Jimin terkejut. Dia ikut melihat keluar jendela mencari objek yang di perhatikan Jimin sedari tadi.
"Aku hanya melihat hujan,," Jimin langsung berdiri di depan Seundi guna menghalagi pandangan Seundi.
"Kenapa belum tidur?" Ucap Jimin mengalihkan pembicaraan.
"Aku tidak bisa tidur" Ucap Seundi lesu, dia lalu berjalan ke arah dapur.
"Apa karena tidak ada aku?" Goda Jimin membuat wajah Seundi langsung berubah menjadi merah. Bagaimana tidak ucapan Jimin tepat sasaran.
"Kau mau ramyeon?" Tawar Seundi, dia mengabaikan pertanyaan Jimin.
"Tentu saja" Dengan semangat Jimin menyusul Seundi ke dapur dan menolong wanita itu membuat ramyeon.
Setelah membuat ramyeon Seundi dan Jimin menikmati ramyeon mereka dengan beberapa kaleng Bir di atas meja.
"Kali ini aku mengizinkan mu minum bir" Ucap Jimin sembari membuka kaleng bir lalu memberikannya pada Seundi.
"Terima kasih" Ucap Seundi dengan semangat, sudah lama Seundi tidak meminum bir.
Jimin ikut senang melihat wajah cantik tunangannya malam ini penuh dengan senyum. Mereka makan ramyeon sembari bercerita. Lebih tepatnya Jimin bercerita tentang kenangan mereka dan tanpa sadar ramyeon tersebut sudah habis.
Sudah 5 kaleng bir seundi habiskan dan itu membuat dia mulai ngelantur dengan ucapannya.
"Sebenarnya kau itu mencintai aku atau tidak sih" Ucap Seundi tiba tiba marah.
"Tentu saja aku mencintaimu sayang" Jimin terlihat gemas melihat Seundi yang cemberut.
"Jangan minum lagi, kau sudah mabuk" Jimin mengambil bir yang ada di tangan Seundi dan segera menjauhkannya dari wanita itu.
"Berikan pada ku,, itu punya ku" Seundi berusaha merebut kembali bir itu.
"Kau sudah mabuk sayang,, sekarang saatnya tidur ya" Bujuk Jimin. Dia mencoba bersabar untuk menghadapi Seundi yang sedang mabuk.
"Tapi aku takut" Seundi tiba tiba memeluk Jimin.
"Jangan takut ada aku disini sayang" Jimin pun membalas pelukan Seundi dan mencoba menenangkannya yang tiba tiba menangis.
"Mereka sedari tadi mengikuti ku"
Jimin terdiam dengan ucapan Seundi, ternyata wanita nya menyadari keberadaan penguntit itu.
"Mereka akan membunuhku " Lanjut Seundi dalam isak tangisnya
"Seun ah dengarkan aku" Jimin melepas pelukannya lalu menatap lekat mata Seundi "Tidak ada membunuh mu, mereka hanya penguntit, percaya padaku" Ucap Jimin meyakinkan.
Sejenak Jimin terdiam saat menatap mata sayu Seundi dengan bibir ranum Seundi yang sedikit terbuka, entah kenapa begitu sangat menggodanya.
Seundi menutup kedua matanya saat merasakan bibir Jimin menyentuh bibirnya. Dia merasakan Jimin mulai melumat lembut bibir nya. Untung saja Ibu Ayah dan Jimin sedang berada di rumah nenek dan tidak bisa pulang karena hujan deras.
"Ibu Ayah maafkan aku , sepertinya malam ini aku tidak bisa menepati janji ku pada kalian," Batin Jimin saat tengah mencumbui Seundi. Tangannya tidak tinggal diam beraksi membuka kancing baju Seundi tanpa penolakan dari wanita itu. Seundi bahkan mengalungkan tangannya di leher Jimin.
"Aahhh,," Akhirnya desahan itu lolos dari mulut Seundi saat Jimin mulai mencumbui area leher nya. Jimin mengangkat tubuh Seundi dan melanjutkan aktivitas mereka di kamar.
🌚🌚🌚
*****
BRAAAAKKKK...
Suasana di ruangan itu menjadi sangat tegang saat Junki melapor semuanya pada Bos nya yang tidak lain adalah Ayah Seundi.
"Tuan anda baik baik saja?" Dengan cepat Junki menahan tubuh Tuan Cho agar tidak jatuh dan membawa tuannya itu duduk di sofa.
"Jadi istri ku meninggal karena di bunuh?? Bukan karena penyakit? " Tanya Tuan Cho sekali lagi pada Junki. Dia berharap pria di depannya mengatakan semua itu adalah sebuah kebohongan.
"Iya tuan,, " Ucap Junki dengan berat hati.
"Apa putri ku tau?" Junki mengangguk menjawab pertanyaan Tuannya. "Bahkan putra anda juga mengetahuinya" Jelas Junki.
"Haechan?"
"Tidak Tuan, tapi putra pertama anda Cho Kyuhyun"
Untuk kesekian kalinya Tuan Cho terkejut mendengar ucapan Junki.
"Apalagi ini?"
Junki pun menceritakan semuanyaa pada Tuan Cho , bagaimana kejadian saat itu dan rencana mereka untuk membunuh Seundi.
"Perketat penjangaan putri ku sekarang juga" Ucap Tuan Cho tegas.
"Tapi Tuan, Nona Seundi sekarang ada di busan bersama keluarga Jimin" Ucap Junki.
"Aku tidak mau tau jemput putri ku sekarang juga" Bentak Tuan Cho.
"Baik Tuan" Junki langsung berdiri dari duduknya, membungkukkan badannya lalu keluar dari ruangan Tuan Cho. Dia tidak bisa menolak keinginan Bos nya itu, apalagi ini menyangkut keselamatan putrinya.
****
Seundi menatap Jimin yang terlihat tidur tanpa mengenakan apapun, hanya selimut yang menutupi bagian tubuh Jimin dari pinggang. Wanita itu mengambil duduk di tepi ranjang lalu mengusap rambut hitam Jimin.
"Maafkan Aku Jim, aku harus melakukan semua ini, aku tidak mau mereka melukai mu dan keluarga mu" Seundi memberikan kecupan singkat sebagai perpisahan pada pria yang di cintainya itu.
Tidur Jimin bahkan tidak terganggu sama sekali, mungkin karena dia terlalu lelah setelah apa yang di perbuat semalam.
"Aku melakukan semua ini karena aku mencintai mu Jim" Seundi bangkit dari duduknya lalu membawa kopernya keluar, menutup pintu kamar Jimin pelan lalu menatap sekeliling rumah yang masih tampak sepi. Mungkin karena Orangtua Jimin dan Jihyun belum pulang.
Seundi mendekati jendela lalu memantau keadaan di luar. Pria yang mengikutinya kemarin masih tetap parkir tidak jauh dari rumah Jimin.
"Kau pasti bisa Seundi, buang rasa takut mu, kau harus keluar dari sini" Ucap Seundi meyemangati dirinya sendiri. Setelah merasa yakin, Seundi pun keluar melewati pintu belakang.
****
Pukul 1 siang akhirnya Jimin mulai mengeliat dan meregangkan seluruh tubuhnya. Dia mengambil posisi duduk guna mengumpulkan nyawanya. Jimin terkejut saat dia menyadari tidak mengenakan apapun hanya selimut yang menutupi bagian bawah tubunya. Beberapa menit dia terdiam, bahkan bayangan bayangan erotis semalam membuat Jimin langsung beranjak dari ranjang.
"Tidaak,,tidak mungkin" Ucap Jimin sembari memakai pakaiannya dan berlari ke kamar mandi.
"Sayang kau di dalam?" Jimin mencek kamar mandi tapi tidak menemukan tunangannya itu. Jimin pun keluar dari kamar.
"Sayang kau dimana?? Seundi,," Teriak Jimin mencari keseluruh ruangan di rumahnya. Jimin mengambil kunci mobil lalu mencari Seundi.
"Kau bodoh Jimin,, kenapa kau melakukan hal keji itu pada Seundi" Jimin terus merutuki kebodohannya, bagaimana Seundi marah dan meninggalkannya. Pikiran itu terus berputar di kepala Jimin. Dia tidak ingin kehilangan Seundi.
.
.
.
.
.
.
.TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
MEMORI
FanfictionMasalah Hidup Seundi tidak pernah selesai. Kehilangan ingatan karena mengalami kecelakaan hingga terlibat dengan mafia terbesar di dunia tanpa gadis itu sadari. 7 tahun menjalin hubungan jimin harus menerima kenyataan perempuan yang sangat dia cinta...