.
.
.
.
.
.
.
.
.
Setelah kepulangan Seundi, Jimin pun langsung menghubungi Junki, memberi tau kalau Seundi sudah pulang dan tidak lupa juga Jimin menceritakan sosok pria yang bersama Donghae saat mengantar Seundi."kau tidak perlu khawatir Hyung, aku akan menginap disini menemani Seundi"
"Baiklah," Junki langsung mengakhiri panggilan dari Jimin. Dia beranjak dari duduknya lalu berjalan keruang kerjanya.
"sayang kau sudah pulang" Junki menghentikan pergerakannya saat membuka pintu ruang kerja lalu menoleh ke arah istrinya yang baru saja keluar dari kamar putra mereka.
"apa Jinwo sudah tidur?"
"baru saja, apa Seundi sudah ketemu?" Junki mengangguk menjawab pertanyaan istrinya. Sedari tadi Istrinya mengkhawatirkan Seundi saat mengetahui gadis itu tidak ada di rumah.
"ada yang harus ku cek, kalau kau mau tidur duluan saja" Junki merasa bersalah pun mengecup singkat bibir istrinya. Dia tau Yoona menunggunya pulang sedari tadi.
"apa lama?? Perlu kopi?" tawar Yoona.
"tidak perlu, tunggu saja aku di kamar aku hanya sebentar" ucap Junki meyakinkan.
"baiklah" Yoona berjalan menuju kamar sedangkan Junki langsung masuk keruang kerjanya. Membuka dan mengotak atik laptop nya.
"apa ini" Junki terlihat sangat syok dengan apa yang dia dengar. Bahkan suara tembakan dan teriakan Seundi terus terdengar.
"sial,, kemana mereka membawa Seundi" Junki memukul meja, pria itu terlihat sangat marah setelah mendengar hasil rekaman tersebut.
Rekaman yang Junki dengar tidak lain adalah kejadian yang baru saja di alami Seundi. Untung saja Junki memasang alat perekam kecil di jam tangan yang sering gadis itu pakai.
Junki sengaja memasang alat pelacak dan perekam di berbagai barang Seundi, semua itu sengaja dia lakukan untuk menjaga keamanan gadis tersebut. Sebenarnya, alat perekam itu baru baru ini di pasang Junki karena kehadiran Kyuhyun menjadi ancaman bagi Seundi.
****
"aaah tidak,," teriakan Jimin memenuhi dapur saat dia kesal dengan karyanya sendiri. Berbagai carapun dia lakukan untuk memperbaiki bentuk hati yang sudah dia buat di atas roti bakar.
"Ok" Jimin mengakhiri kegiatannya dan menatap puas piring di depannya, hasil kerja kerasnya menghiasi beberapa roti bakar dengan coklat dan selai pun sudah selesai.
"apa Seundi sudah bangun?" gumam Jimin, pria itu membawa hasil karyanya ke kamar Seundi.
Jimin tetap masuk kedalam kamar Seundi meski gadis itu sedang tidak ada di kamar melainkan di dalam kamar mandi. Seundi keluar dari kamar mandi tepat saat Jimin meletakan sarapan Seundi di atas nakas kecil samping ranjang.
"ku pikir kau belum bangun" Jimin duduk di tepi ranjang dan terus memperhatikan pergerakan Seundi.
"sebenarnya aku masih mengantuk, kalau bukan karena kau aku mungkin masih menikmati tidur ku sekarang" Seundi ikut duduk di samping Jimin.
"lanjutkan tidur mu di mobil saja,," Jimin memberikan hasil karya nya tadi pada Seundi lalu beranjak dari duduknya.
"waah,, apa aku boleh memakannya?" tanya Seundi saat Jimin kembali dengan Hairdryer di tangannya.
"tentu saja boleh, aku membuat khusus untuk mu"
"ini hanya roti bakar" sindir Seundi.
"aku membuatnya dengan cinta, lihat, ada hati ku disana" protes Jimin.
KAMU SEDANG MEMBACA
MEMORI
FanfictionMasalah Hidup Seundi tidak pernah selesai. Kehilangan ingatan karena mengalami kecelakaan hingga terlibat dengan mafia terbesar di dunia tanpa gadis itu sadari. 7 tahun menjalin hubungan jimin harus menerima kenyataan perempuan yang sangat dia cinta...