The Secret of Sophie Livia's Past Memories

2 0 0
                                    

England, 13 Juni 2021

08:25 GMT

Apakah ini sihir? Aku tidak mengetahuinya lagi, tapi apakah ini memori yang aku ingat? Aku bahkan tidak mengetahuinya sama sekali, lalu, apakah aku ini hampir tidak ingat atau ingat? Lupakan, aku ingat sekali ini sebenarnya, hanya saja aku tidak berani mengungkapnya saja. Lalu, sebenarnya apa memori yang dimiliki oleh aku sendiri?

Saat itu, aku sedang mempersiapkan suatu acara, tetapi tempatnya dimana, aku tidak akan memberitahunya. Aku melakukan panggilan lewat video ke Seoul, sambil bekerja juga di England dengan rekan-rekan universitas juga mempersiapkan sesuatu, akan tetapi aku tidak memberitahunya sekarang, karena ini rahasia.

Saat itu, masih pagi, di England, di Seoul masih sore, aku saja sudah hampir selesai mempersiapkan apa yang yang diminta oleh salah satu rekan universitas untuk mengerjakannya dalam waktu dua hari, akan tetapi aku bisa selesai pada hari itu juga, dan aku baru saja selesai mengerjakannya.

"Terima kasih sudah antarin, sir."

"Hati-hati di jalan, ya."

"Iya, terima kasih."

Tidak lama kemudian, teman aku menelpon aku setelah aku masuk ruang tunggu. Aku sudah berada di bandara sendirian, karena kakak aku, keluarga aku, anak-anak aku, dan teman-teman aku ada di Seoul, mereka sudah pulang duluan, dan menginap di tempat misterius yang aku sekarang sedang tinggal disitu dengan kakak aku, keluarga aku, anak-anak aku, dan teman-teman aku. Mereka tinggal disitu karena sudah mendengar kabar dari salah satu teman aku ketika aku mengalami kejadian yang tidak mengenakkan. Tidak lama kemudian, ponsel aku berbunyi, aku mengangkatnya, aku sudah berbicara dengan keluargaku kemarin.

"Hallo?"

"Sophie!!"

"Iya, kenapa?"

"Sophie, balik kapan?"

"Sebelum liburan kita aku udah balik ke Seoul."

"Maksudnya, kapan?"

"Nanti kalian tau kok. . ."

"Hari ini?"

"Iya, masa lupa?"

"Yee, kamunya ga mau ngasihtau sih, jadinya aku nebak aja gitu."

"Ya kan aku emang suruh kalian tebak!"

"𝐇𝐄𝐇! 𝐍𝐆𝐄𝐆𝐀𝐒 𝐌𝐔𝐋𝐔 𝐊𝐀𝐔!"

"𝐃𝐈𝐇! 𝐀𝐏𝐀𝐀𝐍 𝐒𝐈𝐇?"

"Sudah heh, kalian teriak-teriak mulu. Santai ngomongnya napa ih . . ."

"Iya-iya, maaf Sophie. . ."

"Nanti tolong jemput aku, di Incheon."

"Malam kan?"

"Iya."

"Oke deh, nanti mau sama aku?"

"Bisa-bisanya berani gitu . . ."

"Malah bucin dasar kalian."

"Udah heh, aku mau telpon teman-temanku yang lain."

"Ntar kabarin klo uda mau naik pesawat. Kita nanti jemput sama anak-anak kamu dan teman-temanmu beberapa hehe. . ."

"IYA!! Ntar dikabarin kok. . ."

"Ngomongnya pelan-pelan aja, Sop. Tidak usah ngegas toh. . ."

"WKWKWK, maap wkwkwk . . ."

Aku menghubungi teman-teman aku yang lain, dan ke-dua anak laki-laki aku, Jovin dan Julien, aku meminta mereka untuk menjemput aku di bandara Incheon.

ChangedWhere stories live. Discover now