6

5.8K 432 4
                                    

Happy Reading

Mobil sport berwarna hitam itu melaju santai membelah ramainya jalanan kota Jakarta pada siang hari ini dengan dua mobil di belakangnya.

Tiga mobil itu kini berhenti pada mansion mewah yang sering mereka sebut markas. Markas untuk sekedar tongkrongan bagi Varo dkk, ya tiga mobil itu adalah Varo, Gavin, Arkan, Gio, Adrian dan Leo.

"Eh Vin gue jadi penasaran sama anak yang lo sebut tadi pagi," tanya Adrian. Mereka sudah berada di ruang tengah.

"Iya gue juga, siapa si sebenarnya?" Timpal Leo diangguki semuanya kecuali Varo dan Gavin tentunya.

Varo menatap tajam adiknya itu, mengkode agar tetap diam dan jangan mengucapkan hal aneh-aneh pada teman-temanya. Gavin melihat tatapan abangnya hanya acuh, memposisikan badanya siap untuk menjawab pertanyaan mereka.

"Lo pada mau tahu dia siapa?"

"Ya cepetan, tinggal jawab aja susah bat lu," ujar Leo tak sabaran.

Gavin memalingkan wajahnya kearah abangnya berada, kemudian kembali lagi menatap teman-temanya "Archen," jawab Gavin enteng.

"Hah? Maksud lo gimana?!" Ucap mereka terkejut.

"GAVIN!" Varo menarik tangan adiknya keluar dari sana "BANG LO APAAN SI, LEPASIN GUE!" Varo tidak menjawab dia tetap melanjutkan jalanya, membuka pintu mobilnya dan menyuruh Gavin untuk masuk.

"LEPAS BANG!"

"Masuk!" Titah Varo.

"Nggak bang gue nggak mau," ujar Gavin meronta. Tapi sayang cekalan tangan Varo lebih kuat, Varo langsung mendorong tubuh Gavin agar masuk kedalam mobil.

"BANG GUE NGGAK MAU!!" Teriak Gavin yang masih meronta, dia masih mencoba untuk bisa keluar dari mobil "KENAPA SIH LO BELAIN ANAK SIALAN ITU! LO NGANGGAP DIA ADIK LO IYA!!"

Varo telah berada didalam mobil itu menjalankannya. Dia berusaha meredam emosinya agar tidak melukai adik yang ada di sebelahnya ini.

"BANG JAWAB GUE!"

***

"Gimana nih," panik Bayu.

"Ck, lo nggak usah bikin nambah panik napa Yu. Kita juga lagi mikir."

"Chen lo kenapa bisa gini si," ujar Satria khawatir. Ya, mereka tengah panik karena Archen tiba-tiba saja mengerang kesakitan dengan memegang dadanya. Awalnya mereka ingin menelpon ambulans tapi tak jadi karena posisi mereka yang susah untuk di jangkau. Disana juga susah untuk mendapatkan sinyal.

"Semuanya tenang, semoga Archen nggak papa. Ada yang bawa minyak angin?" Ujar Devan tenang.

"Gue ada," Bayu segera merogoh tas nya mencari minyak angin yang selalu dibawakan oleh emaknya. Iya, Bayu dibawakan emaknya minyak angin pasalnya Bayu sering mengeluh pusing saat mengerjakan tugasnya di kelas apalagi matematika, behh.

"Kayak emak-emak aje lo Yu."

"Biarin yang penting bermanfaat," jawab Bayu menjulurkan lidahnya kepada Arga.

Bayu memberikan minyak kayu putih kepada Devan agar segera di oleskan pada hidung Archen "lo kenapa jadi gini Chen."

"Iya, mana keyak orang kemasukan arwah gitu. Kok gue jadi merinding ya," ucap Arga memeluk badanya sendiri mencoba meredam ketakutanya.

"Kesurupan maksud lo?" Timpal Bayu.

"Ho'o."

Dilain alam, seorang lelaki tengah menunggu kedatangan tamunya. Se-sekali dia menoleh siapa tahu tamu yang dia undang telah sampai dan sedang mencari keberadaanya.

Boys of Transmigation [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang