48

1.9K 178 12
                                    

HAPPY READING

Kondisi gadis setelah mengalami kecelakaan di sekolah nya tidak terlalu buruk. Nara sudah sadar, hanya kepala saja yang masih terasa pusing. Tapi untung saja tidak berakibat fatal.

Dengan balutan perban yang melingkari kepalanya, ia duduk bersender pada bantal di punggungnya. Rasa trauma sepertinya tidak terlalu, Nara hanya sedikit syok saja.

Archen dkk juga sudah balik ke rumah mereka, bukanya tidak mau menjaga Nara, tapi Nara sendiri yang menyuruh mereka pulang.

"Huuhh kepala gue masih cenat cenut aja sih," ringisnya sembari memegang kepala.

Ceklek

Kepala Nara menoleh ke sumber suara, pupil kebiruan itu meneliti pintu. Perlahan sudut bibirnya terangkat, kantong mata yang agak tebal ikut menyipitkan matanya.

"Tan," gadis bersurai pirang mendekati ranjang miliknya. Kepalanya menunduk, isakan yang tertahan juga mulai sedikit terdengar di daun telinga Nara.

Gadis tersebut mendongakan kepalanya sedikit, berusaha menatap tepat di kedua mata biru itu "maaf."

Perlahan tangan mungil Nara menjulur, menggenggam sebelah kiri tangan milik Titania "kenapa minta maaf?"

"Gue nggak sengaja ngedorong lo," tubuh Titania serasa ditarik oleh Nara. Gadis itu memeluk erat Titania "lo nggak salah," ujarnya mengusap punggung Titania.

"Hiks."

"Kenapa nangis?" Pelukan itu dilepas oleh Nara. Ia menatap mata sembab Titania.

"Kamu marah hiks?"

Nara menggeleng "nggak kok."

"Ta-"

"Ngapain lo kesini? Mau nyelakain cewek gue lagi?" Entah sejak kapan Archen sudah berada di belakang Titania.

"Chen," Nara mencoba meredam emosi Archen.

Tapi sepertinya itu sia-sia, Archen menarik Titania dengan sekali sentak. Dengan keadaan tertarik, Titania berusaha menyeimbangkan langkahnya dengan Archen.

"Awss," ringis Titania kala terjatuh. Archen tidak mengkhawatirkan keadaan Titania, ia malah membantu gadis tersebut berdiri dan kembali menariknya seperti binatang.

"Segitu berharganya Nara buat kakak," batinya meringis "lalu kakak deketin aku buat apa? Jadi bahan koleksi?"

***

Tautan kedua tangan itu terlepas kasar, salah satu dari mereka menatap tajam orang di depannya. Rahang itu kembali mengeras, tangan itu kembali tergenggam kuat, nafas itu juga kembali menghembus kasar. Disaat seperti ini Titania hanya bisa menahan tangisnya.

Katakan jika Titania cengeng, cewek mana yang tak sakit hati merasakan ini. Cowok itu berperilaku lembut pada dia, tapi cowok itu berperilaku kasar pada Titania.

Apakah ini adil?

"Kalo lo cowok udah gue abisin dari awal kejadian."

"Lo nggak terima sama kelakuan gue?" Tanyanya dingin "JAWAB!"

"Hiks," terhitung sudah berapa kali Archen membuat Titania menangis?

Boys of Transmigation [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang