Happy Reading
Pemuda itu memberhentikan motornya pada jalanan taman kota. Dia lebih memilih berjalan kaki saja untuk sampai di taman tersebut. Tatapan sendu yang tersirat dari mata Archen sangat mencolok, tak biasanya dia sebegitu memikirkan ucapan dari papah nya.
Terkadang Archen berpikir, apa benar dia anak Sandy dan Maureen. Namun memang itu kebenaranya. Archen juga berpikir memang ada ya, orang tua yang tega tidak memasukkan list nama anaknya ke dalam kartu keluarga? Ah, sepertinya hanya Archen yang mengalami itu.
Archen berjalan memasuki taman kota tersebut. Pemuda itu melihat sekelilingnya. Manik hitam itu tak sengaja menangkap sebuah keluarga kecil yang harmonis.
Dimana anak-anaknya bermain dengan kedua orang tua mereka. Jika Archen berkaca dan melihat dirinya sendiri, ternyata semua itu sangat berbanding terbalik dengannya.
Archen duduk pada salah satu bangku yang tersedia disana, matanya setia memandangi keluarga tadi. Sesekali dia juga tersenyum melihat kelakuan anak kecil itu.
Tanpa sadar, anak kecil tadi menghampiri Archen "kakak," panggil anak gembul laki-laki di depanya.
Archen membalasnya dengan senyuman "iya."
"Kenalin nama aku Seno, nama kakak siapa?"
"Nama kakak Archen," jawab Archen masih dengan senyumnya.
Anak itu mengangguk lucu "kakak sendili? Archen mengangguk.
Anak yang dipanggil Seno tiba-tiba ikut duduk disebelah Archen. Archen hanya membiarkanya saja, toh Seno juga tidak merecoki dirinya.
"Kakak kenapa sedih?" Ujar Seno tiba-tiba.
Archen mengerutkan keningnya, kenapa dia bisa tahu jika Archen sedang sedih.
"Nggak kok," jawab Archen bohong.
"Mulut kakak bisa boong, tapi mata kakak nggak bisa."
"Nih anak belajar dari mana ngomong begituan," batin Archen.
"Emang Seno bisa lihat apa dari mata kakak?" Tanya Archen.
Seno menatap Archen lebih dekat dan meneliti seluruh wajah pemuda itu. Kemudia Seno kembali pada posisi duduk awal.
"Rambut kakak acak-acakan, mata kakak merah, idung kakak kembang kempis bukan kembang api ya. Trus emm-" Seno berlagak seperti sedang berpikir. Jari telunjuknya ia ketukan pada dagunya sendiri dengan kembali menatap wajah Archen.
"Oh ya, kakak lagi banyak masalah kan."
Archen mengangkat sebelah alisnya "kamu bisa baca pikiran?"
Anak itu menggeleng "tapi bener kan," tuduh Seno.
Archen mengacak-acak rambut Seno gemas "diajarin siapa kayak gitu hmm?"
"Hehe, kata mamah. Soalnya aku sering denger mamah bilang gitu sama papah, jadi aku bilang gitu juga sama kak Archen."
Memang ya, anak kecil diajarin apa pun pasti nyantol. Jadi hati-hati kalo mau ngajarin mereka. Ajarin yang baik-baik aja, jangan malah menyesatkan masa depan mereka. Haha canda deh.
"Ouhh gitu. Kamu udah ijin sama orang tua kamu, kalo mau nemuin kakak?" Tanya Archen. Seno hanya mengangguk.
Wanita paruh baya yang sepertinya adalah mamah Seno, menghampiri anaknya dan Archen.
"Aduh mas, maaf ya. Anak saya mengganggu," ujar mamah Seno. Archen dipanggil mas, hahaa.
"Tapi Seno enggak ganggu kak Archen mah," jawab Seno tidak terima. Yakali dibilang gangguin Archen, orang dia cuma nanya aja kok.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boys of Transmigation [END]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM BACA!!] Kecelakaan yang menimpa Archer Lupinio menjadi awal kehidupan baru bagi pemuda itu. Ia mengalami hal aneh pada tubuhnya, TRANSMIGRASI?! Sialan! Mengapa harus bertransmigrasi ke tubuh pemuda yang mempunyai keluarga terpecah!! ...