EKSTRA PART 1

2K 127 2
                                    


Keadaan berangsur berbeda setelah lulus nya Varo dari masa SMA nya. Dunia luar mulai kentara kentalnya, masa bermain telah usai dengan tergantikan masa serius nya.

Archer dkk sudah mulai beranjak dewasa, mereka telah berada pada fase dimana masa SMA akan segera berakhir. Yap, tepatnya mereka telah berada di kelas dua belas.

Koridor sekolah mulai sepi, jam pulang sekolah pun telah berlalu 15 menit yang lalu. Tapi Archer dkk baru saja keluar dari kelas mereka.

"Capek banget gue," ucap Arga dengan lesu. Badanya serasa lemas karena tertidur di jam terakhir pelajaran.

"Abis bang Varo lulus berasa sepi banget njir, kayak ada yang kurang." Timpal Bayu.

"Chen," bisik Archer menyenggol lengan pemuda yang berjalan di sebelahnya. Archen hanya mengangkat satu alisnya keatas.

"Lo liat gelagat Devan nggak?" Tunjuk Archer menggunakan kontak matanya.

Archen mengikuti kontak mata itu dan menemukan Devan dengan ekspresi seperti tidak biasa "ekhem."

Deheman Archen ditanggapi oleh Devan, sementara Arga, Bayu dan Satria berjalan lebih jauh di depan mereka.

"Apa?" Tanggap Devan dingin.

"Kenapa lo?" Tanya Archer yang memang sudah kepo dari tadi.

"Nggak papa."

Brukk

Suara benda terjatuh terdengar sangat keras dari arah gudang yang memang dekat dengan koridor samping.

"Suara apaan tuh," ucap Gavin reflek.

Mereka mengalihkan pandanganya kearah gudang, secara spontan Devan langsung berlari kesana.

"WOI DEV, LO MAU KEMANA?" Teriakan Archer tak didengar oleh Devan. Pemuda tersebut malah semakin mendekati gudang lusuh itu.

"Heh ada apa?" Tanya Satria yang mendengar teriakan Archer.

"Kenapa sih?" Timpal Bayu. Mereka bertiga berbalik arah karena mendengar suara Archer.

"Susul Devan! Dia di gudang tadi!" Titah Archen dan berlari menuju gudang itu.

Brakk

Pintu terbuka dengan tidak elitnya. Devan segera menyusuri ruangan di setiap gudang itu. Rasa khawatir berkecambuk disana, entah kenapa rasa itu datang tiba-tiba.

Manik mata tajam Devan menangkap siluet gadis tergeletak di pojok ruangan.

Tanganya terkepal kuat sesaat setelah menemukan siapa wanita itu "Selly!"

Devan langsung merengkuh tubuh lemah gadis itu, mata sayunya mengisyaratkan jika dia belum kehilangan kesadaran.

"K-kak de-van," lirih nya menatap pemuda itu. Kepala Selly sangat berat, darah kental semakin banyak keluar dari kepalanya.

Selly memegang kepalanya "sstthh," ringisnya kala merasakan sakit yang luar biasa.

"Lo ngapain disini Sel?" Ujar Devan khawatir. Kedua tangannya bergetar kala darah milik Selly menetes disana.

Gadis itu hanya menggeleng tak tau, namun tanganya menunjuk pada pemukul base ball diatas meja.

Devan beralih menatap pemukul tersebut dan kembali pada Selly "lo jangan tutup mata! Gue bawa lo ke RS."

Pemuda itu membopong tubuh Selly dalam gendonganya. Rasa panik kian menjulur kala hembusan nafas gadis di gendoanganya mulai tidak stabil.

"Lo harus kuat! Ada gue," ucap Devan dengan langkah cepat. Selly tersenyum tipis, ia baru merasakan seorang Devan ternyata mempunyai jiwa kasih sayang.

Boys of Transmigation [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang