42

1.7K 166 9
                                    

'Bila mencintaimu adalah sebuah ilusi, maka ijinkan aku berimajinasi selamanya'

-Titania Kejora Geraldi-

Gadis berparas mungil itu sedang menatap indahnya langit jingga. Bukit serta sawah menyertai keindahanya pula, mereka seakan menyatu untuk dapat membentuk sebuah pemandangan yang menakjupkan mata.

Semilir angin meniup surai pirangnya. Bertunpu pada jendela kayu, masih dengan senyum palsu terbit pada bibir mungilnya.

Dia Titania, gadis yang memilih menenangkan diri di desa ditemani dengan neneknya. Dua minggu ini ia habiskan hanya untuk berkeliling di desa, ia rasa tidak salah memilih tempat ini.

Pemandangan dan orang-orangnya sangat ramah "gue jadi betah tinggal disini."

"Meski tidak semewah di Jakarta, tapi setidaknya gue nggak merasakan sakit."

Bibir itu kembali murung, mata meredup seperti kehilangan semangat, dan otak yang berkelana di mana-mana.

"Kak Archen gimana ya," gumamnya masih menatap langit jingga "dia nyariin gue nggak ya? Apa malah sama Nara."

"Ck, apaan si lo Tan. Nggak usah mikir kemana-mana deh, ya pastilah kak Archen sama Nara. Emang lo tuh sepenting apa hah?!" Ucapnya sembari memukuli kepalanya.

Titania terduduk di kursi kayu sebelah jendela tadi. Menghembuskan nafas perlahannya dan kembali dengan pikirannya.

"Kenapa gue harus kenal sama kak Archen sih," sesalnya.

"Kenapa gue harus mencintai seorang laki-laki yang melebihi diri gue sendiri. Arghh Tan, lo bisa mikir nggak sih. Kak Archen tuh nggak pantes buat lo!" Serunya dengan nada sedih.

"Lo nggak boleh sedih di depan nenek," ia menarik nafas dan menghembuskannya pelan. Titania berlalu dari sana menuju dalam rumah minimalis neneknya.

Langkah kaki itu satu persatu memasuki rumah "apa gue cuma berkhayal aja bisa dapetin kak Archen," batinya.

"Bila mencintaimu adalah sebuah ilusi, maka ijinkan aku berimajinasi selamanya."

Titania pun menghilang dari balik pintu rumah kayu itu. Katakan pada langit jingga, jika Titania sedang sedih. Katakan pada langit malam, agar bintang dan bulan menemani kesedihannya.

***

Langkah kaki tergesa-gesa itu langsung membawanya bertanya pada seorang suster disana.

"Sus, pasien atas nama Archen Lupinio di kamar apa ya?" Tanya Satria dengan wajah panik.

"Pasien ada di kamar anggrek nomer 5."

Mereka semua langsung menuju kamar yang dimaksud. Raut wajah khawatir terpampang jelas di muka mereka.

"Lo kenapa lagi si Chen," batin Arga panik.

Memang tadi setelah Varo, Gavin dan Sandy membawa Archen ke rumah sakit, Varo menyempatkan dirinya untuk menghubungi teman-temanya.

Dan disinilah mereka sekarang, di rumah sakit tempat Archen dirawat.

Setelah menemukan kamar yang dimaksud, Arga dkk langsung saja menemui Varo "bang, gimana keadaan Archen?"

Boys of Transmigation [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang