19

2.5K 223 8
                                    

Happy Reading

Pemuda itu sesekali menengok ke samping jalan mencari keberadaan seseorang. Motor yang dia kendarai juga melaju lebih pelan dari biasanya.

Helm fullface merah dengan jaket hitam yang melekat di tubuhnya menjadi ciri khas Gavin. Yap, benar. Gavin sedang mencari keberadaan Varo.

Gavin menghentikan laju motornya di tepi jalan. Melepas helm nya sembari menghembuskan nafas pelan.

"Lo dimana si bang," gumam Gavin.

Sejahat dan semarah apapun Gavin kepada Varo, pemuda itu tetap akan mengkhawatirkan  keadaan abangya.

Gavin teringat sesuatu. Terakhir dia bertemu Varo di kantin sekolah. Tapi jika diingat, yakali Varo belum balik dari sekolahan?

Ouh ya, sebelum Varo meninggalkan kantin, dia mendapat telpon dari seseorang yang Gavin tidak tahu siapa. Gavin mengambil benda pipih didalam saku jaketnya.

Pemuda tersebut mencari nama Varo dalam kontak panggilan. Setelah itu menghubunginya.

"Nomor yang anda tuju tidak aktif, silahkan mencoba beberapa saat lagi."

"Arghh, lo tu kemana si bang."

Gavin mencoba menghubungi salah satu nomor temanya, Leo. Tapi apa ini, kenapa nomor anak itu juga tidak aktif? Apa Leo sedang bersama Varo dan sengaja untuk mematikan handphone nya?

Gavin tidak menyerah, dia mencari kontak Arkan dan menghubunginya. Dan syukurlah tersambung.

"Hallo."

"Hallo kenapa Vin?"

"Lo dimana."

"Gue di rumah sakit"

Gavin mengangkat alisnya bingung. Mengapa Arkan di rumah sakit? Siapa yang sakit? Jangan-jangan ada kaitanya sama Varo.

"Bang Varo ada?"

"Ada. Lo kesini aja deh."

"Serlok."

Setelah itu, Gavin memutus panggilanya dengan Arkan. Dan tidak lama Arkan pun mengirim dimana lokasi dia berada. Gavin melajukan motornya menuju tempat itu.

***

Akhirnya Gavin sampai di rumah sakit. Pemuda tersebut masuk menuju ruang tunggu yang ada di depan. Ah, dia lupa menanyakan siapa yang di rawat disini. Jika bertanya pada suster pun percum, karena tidak tahu siapa yang akan Gavin kunjungi.

Gavin mengambil handphone nya. Membuka room chat dengan Arkan. Ternyata Arkan telah mengirimkan pesan berupa ruangan untuk menunjukkan keberadaanya dan yang lain.

Gavin segera berjalan menuju ruangan itu. Dengan melihat chat dari Arkan agar dia tidak salah memasuki ruangan.

"Bener yang ini," gumam Gavin setelah dia sampai pada ruangan yang dimaksud. Saat Gavin hendak membuka knop pintu ruangan itu, sepertinya terdengar suara tawa dari dalam sana.

Boys of Transmigation [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang