36

1.6K 152 1
                                    

Selamat mambaca😊😊
Smoga sukaa...

Happy Reading

Matahari telah menampakkan dirinya. Sinar yang terang mengisyaratkan untuk para makhluk di bumi memulai lagi aktivitas mereka.

Tak berbeda pula dengan pemuda pelajar sma ini, dia juga telah siap dengan seragam sekolahnya. Ada sedikit perbedaan dari hari-hari sebelumnya, pemuda ini menampakkan senyum manis dibibirnya.

Dia Varo, pagi ini nampaknya sangat bermakna baginya. Karena apa? Karena masalah kehidupanya serasa telah selesai.

Varo keluar dari kamarnya menuju ke kamar Gavin. Tanpa mengetuk terlebih dahulu, ia langsung membuka knop pintu di hadapannya.

"Vin," panggilnya setelah menemukan Gavin yang masih membereskan buku.

"Hmm."

Varo mendudukkan dirinya pada kasur empuk milik Gavin "gimana?"

Kepala Gavin mendongak, menatap kearah Varo sembari memicingkan alisnya "gimana apanya?"

Pemuda itu merotasi bola matanya "baikan sama adik kita."

Setelah Varo mengucapkan kalimatnya, Gavin kembali menata buku yang akan dia bawa tanpa membalas ucapan Varo.

"Kenapa diem."

Varo menghembuskan nafas pelan, menghampiri adiknya yang sangat keras kepala ini "udah tahu pelaku pembunuh mamah sebenarnya kan."

"Lalu alasan lo buat benci sama Archen apa lagi?" Tanya Varo.

"Huuhh," Gavin menghembuskan nafasnya "liat nanti."

"Ck, nggak baik memusuhi saudara kandung sendiri tanpa alasan yang pasti."

"Hmm," ujar Gavin. Kemudian pemuda tersebut menenteng tas nya pada sebelah bahu tegap itu.

"Barangkat ayok, lo mau telat?" Gavin menengok Varo yang masih berada di dalam kamarnya. Varo pun mengikuti langkah Gavin untuk keluar.

***

Dilain sisi, satu pemuda juga tengah bersiap untuk menimba ilmu. Seragam lengkap telah terpasang di tubuh tegapnya. Tapi tidak untuk pakaiannya, walaupun lengkap, ia tetap mengeluarkan baju putih itu dari celananya.

Tanganya terhenti kala mengingat kejadian semalam, dimana ia menemukan kenyataan lagi. Dimana ia mengetahui jika perusahaan sang papah dihancurkan oleh bunda yang kini merawatnya dan memberinya kasih sayang.

Archen memang semalam tidak bertanya hal tersebut pada Winda, sepertinya kurang pas jika langsung membicarakan itu.

"Gue akan tanya tapi tidak sekarang," ujarnya menatap lurus kedepan.

"Tapi maksud bunda lakuin itu apa? Kenapa bunda sangat ingin menghancurkan perusahaan papah."

Rasanya kepala Archen sangat penat jika memikirkan masalah yang dialaminya. Katanya jika ada masalah pasti ada solusi, tapi kenapa masalah yang dihadapi Archen seakan terus saja mengalir.

Archen memutuskan untuk beranjak dari kamarnya, mengingat sudah sangat siang "bun Archen berangkat ya."

"Loh, nggak mau sarapan dulu?" Tanya Winda.

"Nggak usah bun. Udah siang banget, nanti telat."

"Yaudah hati-hati."

Archen pergi namun sebelumnya tak lupa ia menyalimi tangan Winda terlebih dahulu.

***

SMA Tunas Bangsa, dimana murid kalangan atas berkumpul untuk mencari ilmu dan menjadikan pribadi seorang remaja terbentuk.

Boys of Transmigation [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang