30

1.9K 156 10
                                    

Happy Reading

Bel istirahat kini berbunyi, semua siswa siswi berbondong-bondong untuk keluar dari kelas mereka menuju kantin. Ada yang bingung nggak sih, kenapa kalo bel masuk itu kantin sepi tapi kalo bel istirahat kantin penuh banget sampe desak-desakan?

"Sumpah ya ni kantin udah kayak lautan berwujud manusia tahu nggak," ujar Bayu.

Mereka juga sekarang sedang berada di kantin, oh ya lupa satu lagi. Apa kabar dengan Arkan, Gio, Leo dan Adrian, setelah mereka tahu jika Archen membunuh Maureen?

Sebenarnya mereka tidak percaya itu. Tapi karena Varo serta Gavin adalah sahabat mereka, pastilah mereka ada di pihak Varo dan Gavin.

Teman-teman Archen? Mereka akan selalu membela Archen tentunya. Mereka akan mencari bukti jika itu bukan kesalahan Archen.

"Lo yang pesen sono Dev."

Devano hanya melirik sekilas, namun tak urung juga ia melakukan apa yang di suruh Arga. Devan mengkode Satria agar ikut denganya, membantu membawa makanan tentunya.

Setelah kepergian Devan dan Satria, hanya tersisa Archen, Bayu serta Arga. Mereka -Bayu,Arga- menatap satu sama lain untuk mengutarakan isi pikiran mereka.

"Ekhem," dehem Bayu.

Archen menoleh seraya mengangkat sebelah alisnya "apa?"

"Hehe nggak," jawab Bayu.

Archen kembali fokus pada ponsel di genggamannya. Kebetulan sekali Arga duduk tepat disamping Archen, ia mengintip melihat apa yang sedang dilakukan Archen.

"Archen lagi chat siapa ya?" Batin Arga bertanya-tanya.

Pemuda itu memicingkan alisnya "kok Nara," batinya lagi "terus Titania mau dikemanain?"

Arga kembali pada posisi duduk nyamanya, ia berpura-pura tidak melihat apapun. Tapi otak kecilnya sedang memikirkan banyak pertanyaan yang akan ia ajukan pada Archen.

"Emm Chen," panggil Arga sembari menyatukan kedua tanganya membentuk genggaman. Menetralisir rasa bingungnya, apa yang akan ia tanyakan lebih dulu pada Archen.

"Apa?" Tanya Archen mengalihkan pandangannya.

"Emm anu.. emm," gugup Arga.

Satu pemuda diujung sana juga melihat kebingungan yang Arga rasakan, tapi bagaimana ia membantu. Dia saja tidak tahu harus menanyakan hal apa.

"Kenapa?" Tanya Archen lagi. Ia meletakkan ponselnya pada meja, fokusnya sekarang adalah Arga dan Bayu yang sepertinya sedang kebingungan.

"Lo pada kenapa sih?"

"Emm anu Chen, l-lo ada h-hubungan apa sama Nara?" Tanya Arga.

Terlihat Archen yang menghembuskan nafas kasarnya "gue kira ada apaan," jawabnya acuh.

"Eh Chen lo jangan gitu ya. Kasian dedek emes gue," sargas Bayu tak terima.

"Oh iya kenapa juga lo kayaknya udah kenal lama banget sama si Nara? Padahal kan baru ketemu," ucap Arga lagi.

"Terus kenapa lo pagi tadi berangkat sama Nara boncengan lagi," ujar Bayu menekan kata 'boncengan'.

Ayolah, apa salahnya si Archen/Archer membonceng sahabatnya sendiri. Baru ngerasa seneng, kenapa udah jadi bahan omongan teman-temanya. Bukan hanya itu, tapi udah jadi bahan omongan satu sekolahan lagi.

Jika Archen memikirkan hal itu, rasanya kepala gantengnya akan pecah saja "emang nggak boleh?" Tanya Archen balik.

Bayu merotasi bola matanya malas "maruk banget lo, sisain buat gue satu."

Boys of Transmigation [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang