40

1.7K 137 3
                                    

Happy Reading

Hari-hari yang Archen lewati benar-benar sangat berliku. Jika diingat kembali rasanya sangat...ahh, memusingkan.

Remaja tampan tersebut juga telah merubah kepribadiannya. Ia lebih disiplin dalam segala hal, terutama waktu. Archen harus dapat membagi waktunya untuk sekolah dan bekerja.

Sebenarnya sulit bagi Archen, tapi ia harus berani melewati kesulitan itu. Pada akhirnya perjuangan tidak menghianati hasil, itu pepatahnya.

Bibir atas pemuda itu terangkat, tangannya menggenggam lembaran kertas segepok bewarna merah yang menunjukkan nominal seratus ribu rupiah.

Archen menarik nafasnya dalam-dalam dan menghembuskannya "ini hasilnya."

Archen tersenyum puas, ia kemudian mengambil tasnya lalu menyampirkan pada salah satu bahunya. Melangkahkan kakinya keluar dari kamar, mengambil motor dan menjalankannya dalam kecepatan sedang.

Pagi ini sangat indah bagi Archen. Semakin kesini, masalahnya semakin berkurang. Ah, tidak tahu nanti bagaimana jika ia kembali pada raga aslinya.

***

Motor hitam milik Archen terhenti di salah satu rumah komplek. Ia turun dan melangkah untuk mengetuk pintu rumah itu.

Tok tok tok

Ceklekk

Pintu bewarna coklat tua tersebut dibuka oleh wanita paruh baya. Archen menyalami wanita tersebut "eh nak Archen."

"Iya tante," jawab Archen tersenyum "Archen mau jemput Tania ada tan?"

Wanita yang diketahui adalah mami Titania itu seperti sedang bingung "biasanya kalo nak Archen mau jemput itu Tania bilang sama tante, tapi ini enggak."

"Memang Archen nggak bilang sama Tania tan."

Mami Titania mengangguk "tapi Tanianya nggak ada nak."

Lantas Archen terkejut "maksudnya tan? Tania udah berangkat?" Tanya Archen.

"Bukan nak."

"Tania kemarin pergi ke rumah neneknya, katanya dia kangen. Tania juga ijin nggak masuk sekolah dua minggu," jelas Mami Titania.

"Ohh, gitu ya tan."

"Yaudah Archen pamit. Assalamualaikum," setelah itu Archen kembali menunggangi motor hitamnya.

Dalam perjalanan menuju sekolah, pikirannya masih dengan Titania. Kenapa Titania tidak bilang jika ia mengambil cuti, apa Titania marah sama Archen?

Tapi Archen tidak melakukan apa-apa "kamu kenapa si Tan," gumamnya dari balik helm fullface yang ia kenakan.

Brumm brumm brumm

Tak lama kemudian Archen sampai di sekolah. Ia memakirkan motornya sesuai dengan tata tertib yang berlaku.

"Woy Chen!" Panggil Leo dari ujung parkiran.

Archen menengok dan mendapati sekumpulan kakak kelasnya "iya."

"Tumben sendiri, biasanya sama neng cantik."

Archen mematung kala Arkan membahas Titania, sebutan neng cantik maksud Arkan adalah Titania.

"Heh ngapa lo, malah bengong."

"Ah, nggak bang. Pengen sendiri aja," jawab Archen bertolak belakang dengan hatinya.

"Aneh," batin Varo dan Gavin bersamaan. Mereka juga memperhatikan gerak gerik Archen yang berbeda hari ini, apa itu ada kaitanya sama Titania.

"Balik kelas udah mau bel," titah Varo.

Boys of Transmigation [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang