13

2.7K 264 2
                                    

Happy Reading

Hari demi hari Archen jalani dengan senyumnya. Walau terkadang ada saja orang-orang yang tak ingin akan keberadaanya, tapi pemuda itu hanya acuh dalam menyikapinya.

Pagi ini terasa lebih indah bagi Archen, lantaran dia sudah dapat menjalankan misi pertamanya dengan sangat baik. Archen jadi tahu, kalau memang Varo tidak sama sekali bekerja sama dengan Marcel, mereka hanya sekedar kenal nggak lebih.

"Gue berhasil," gumam Archen sembari mengelus pin leader GV yang ada di tanganya.

"Jam berapa ya?" Tanyanya pada diri sendiri. Archen sekarang sedang berada di dalam kamarnya, dia menunggu agar lebih siangan sedikit baru berangkat sekolah.

Sekiranya sudah pas, Archen mengambil tasnya dan menyampirkan ke salah satu bahu tegap pemuda itu.

Langkah Archen berhenti pada meja makan yang kini terdapat Sandy, Gavin serta Varo. Jika kalian tanya keberadaan Maureen, istri Sandy ini tengah menjalani beberapa perawatan. Maureen mengalami setruk, akibat syok waktu itu dimana mengetahui anaknya kecelakaan.

Varo mengkode Archen agar duduk pada bangku sebelahnya. Archen menghembuskan nafas pelan sebelum melangkah menuju meja tersebut.

"Makan," ujar Varo lirih. Archen hanya menurut kemudian mengambil centong dan menyidukkan nasi goreng ke piringnya.

Prangg

"APA-APAAN KAMU GAVIN?!" Murka Sandy. Sebenarnya keadaan Sandy juga dibilang masih sangat terpuruk. Bukan hanya akibat jatuh sakitnya Maureen tetapi juga akibat dari perusahaan pria itu yang semakin hari semakin menurun.

"Gavin berangkat pah, udah nggak nafsu makan ada keparat disini!" Jawab Gavin sambil melirik ke arah Archen.

"Calm down, jangan kepancing."

Mendengar ucapan Varo, Archen hanya menghela nafas dan mengangguk.

Gavin beranjak dari sana, keluar dan segera berangkat menuju sekolahnya. Namun sebelum itu...

"Skali-kali buat dia celaka nggak masalahkan," ucap Gavin dengan senyum smirknya.

Setelah dirasa cukup, pemuda berjaket hitam itu memacu kuda besinya di atas rata-rata.

"Udah?" Tanya Varo pada Archen.

Laki-laki itu mengangguk, berdiri dari kursinya dan menghampiri Sandy yang tengah menyantap nasi goreng di piringnya.

"Pah, Varo sama Archen berangkat dulu ya." Tidak ada jawaban dari Sandy, Varo dan Archen pun saling menatap bingung.

Bingunglah, kan biasanya Sandy jika melihat kedatangan Archen di depanya langsung ngebacot. Lah ini diem-diem doang "papah udah mulai bisa nerima gue?" Monolog Archen dalam hati.

Pemuda tersebut sedikit mengikis jaraknya pada Sandy "pah, Archen berangkat ya."

Bibir Varo kini terangkat membentuk senyuman, semoga papanya memang sudah dapat menerima Archen.

Archen membawa tangan kanan Sandy dan menciumnya. Tapi sebelum tangan kekar itu menempel pada bibir Archen, Sandy menghempaskan nya terlebih dahulu.

Boys of Transmigation [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang