49

1.9K 162 10
                                    

HAPPY READING

Beberapa hari berjalan kembali normal. Masalah tentang transmigrasi antara Archen dengan Archer pun terkuak juga.

Awalnya mereka, termasuk Sandy dan juga Winda tak mempercayai itu. Namun dengan kesabaran ekstra, serta menunggu Archer yang keluar dari rumah sakit, Archen dapat menunjukkan bukti nyata atas hal yang dialaminya.

Memang transmigrasi ini hanya orang-orang terdekat mereka saja yang tau.

Oh iya, fakta satu lagi. Setelah Nara keluar dari rumah sakit dua hari yang lalu, Sandy dan Winda memutuskan untuk menikah.

Entah ada atmosfir apa yang merasuki mereka, tapi yang namanya cinta memang datang secara tiba-tiba.

Archer Lupinio, pemuda yang sekarang tidak memiliki orang tua. Ia juga telah diangkat anak oleh pasangan Sandy dan Winda. Sekarang putra Addison bukan hanya tiga, namun empat sekaligus.

Berbicara tentang hubungan Archer dan Titania, mereka semakin dekat. Titania yang setiap hari berkunjung ke kediaman Addison untuk merawat kekasih nya, membuat penghuni rumah semakin yakin jika gadis itu memanglah berhati baik.

Seperti saat ini, Titania telah membuatkan sup kesukaan Archer. Duduk pada sofa dalam kamar pemuda itu, dengan sendok yang terisi penuh sup.

"Aaa," ucapnya dengan mempraktekkan membuka mulut.

"Kakak kenapa sihh kok nggak mau makan," Titania sangat bingung hari ini. Tidak biasanya Archer susah makan.

"Nggak laper."

"Ck, ini kan cuma sup. Bukan makan nasi kak, ayolah buka mulutnya ya."

"Kapal selam siap meluncurr dudududuuu," gadis itu memutar-mutar sendoknya dan berakhir pada goa milik Archer.

"Kok kapal selam?"

"La trus kalo bukan kapal selam apa?" Tanya Titania bingung.

Archer berpikir sejenak "biasanya kapal terbang bukan kapal selam."

Gadis bersurai pirang tersebut membulatkan mulutnya "biar unik dikit nggak papa lah, yang penting nggak plagiat hehey."

Archer mengacak pucuk rambut kekasihnya "ayooo mangap dong kakk," kesal Titania. Ternyata Archer masih saja membungkam mulutnya dengan menyenderkan punggungnya pada sofa.

"Tan."

"Hmm!" Jawabnya ngegas tanpa menoleh.

Archer tersenyum tipis, ekor matanya melirik pada gadis disampingnya "ngegas."

"Kakak aja nyebelin, nggak mau makan. Udah capek-capek Tania masak, eh malah percuma nggak dimakan. Yaudah buat kucing depan aja ntar," ia mengangkat bokongnya sehingga membuat jarak pada sofa.

Namun kegiatanya terhenti kala tangan kekar itu memeluk pinggang rampingnya. Menenggelamkan wajahnya pada rambut pirangnya yang wangi, seraya menutup matanya.

"Jangan kasih kucing mubazir ntar, mana mau kucing makan sup." Suara berat yang keluar dari mulut Archer membuat Titania bergidik.

"Nih kenapa tangan jadi tremor sih! Padahal kak Archer cuma ngomong doang, tapi bulu kuduk Tania juga pada berdirii. Bukanya kalo kayak gini tuh Tania ada liat setan ya?" Batinya bertanya.

"Tapi masa kak Archer setan, mana ada kak Archer setan. Setan kan serem sedangkan kak Archer ganteng."

Merasa tidak ada respon dari orang yang ia peluk, Archer mendusel ke celah ceruk leher Titania. Melihat Titania dari samping "kenapa bengong?"

"Eh!" Kagetnya "e-enggak. Awas ah, Tania mau kasih kucing aja."

Archer kembali mengeratkan pelukannya "mana ada kucing yang mau makan gituan Tan, tarok meja aja dulu. Nanti gue makan kok," jawabnya.

Boys of Transmigation [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang