35

1.6K 160 6
                                    

Happy Reading

Setelah tadi Archen mengantar Selly ke bandara untuk menjemput orang tuanya, ia kembali pulang. Tepatnya Archen kembali ke mansion addison, menyelesaikan masalah tadi pagi.

Sekarang Archen, Varo, Gavin dan juga Sandy sedang berada di ruang tamu.

"Rico," panggil Sandy pada salah satu penjaga mansion.

"Iya tuan ada yang bisa saya bantu," jawab penjaga itu sedikit menunduk.

"Panggilkan Sinta, suruh dia kesini sekarang!" Titah Sandy tegas.

Penjaga tersebut langsung beranjak dari depan tuanya, ia segera memanggil Sinta yang sedang berada di dapur.

Beberapa menit kemudian, Sinta dan penjaga datang kembali ke ruang tamu. Sandy pun mempersilahkan Sinta untuk duduk.

"Pasti tuan Sandy udah suka sama gue."

"Ah, akhirnya usaha gue nggak sia-sia. Gampang juga bikin orang tua ini jatuh ke pesona gue, memang dasarnya gue udah cakep sih," lanjut Sinta membatin.

Senyum dari bibir merah itu nampak sangat terpampang jelas "ada apa ya tuan memanggil saya?" Tanyanya sopan.

"Ahh itu, sebentar saya akan memanggil bik Rum dulu untuk membuatkan minuman."

Sandy kemudian memanggil bik Rumi, memesan minuman serta makanan ringan.

Sinta semakin dibuat percaya diri akan tindakan Sandy kepadanya. Ia merasa rencana untuk mengambil semua harta Sandy sangat berjalan sempurna. Namun, apakah itu yang terjadi?

"Jadi begini Sinta," ujar Sandy setelah bik Rumi datang membawa pesananya.

Terlihat Sinta masih mempertahankan senyumnya, ia berlagak sangat serius mendengar ucapan demi ucapan yang terlontar dari bibir Sandy.

Sandy mengeluarkan laptop dari laci meja yang ada disana. Mata gadis itu sedikit memicing "untuk apa pak tua mengeluarkan laptop?" Batinya.

"Ahh, mungkin akan memberitahu jika nanti gue telah menjadi istrinya, saham perusahaan mana yang akan gue pegang."

Archen menatap tak suka pada Sinta. Bahkan gadis tersebut tidak memiliki rasa bersalah sedikitpun. Lama-lama Archen ingin mencabik-cabik muka gadis itu.

"Bedaknya berapa centi ya tuh, putih amat. Eh tapi kenapa lehernya item banget," batin Gavin memandang Sinta.

Mau ketawa takut dosa, huaaa...

Pria paruh baya itu tengah sibuk menancapkan flasdish ke laptopnya. Mengutak utik sebentar dan muncul beberapa video di dalam laptop itu.

Sandy memutar laptop tersebut untuk dihadapkan ke arah Sinta. Berputarlah Video pertama, dimana Sinta yang mencampurkan obat di bubur untuk Maureen.

Mata Sinta melotot "BAGAIMANA INI BISA KETAUAN SIH! Batinya menjerit.

"Bukanya udah dihapus semua! ARGHHH."

Setelah putaran video pertama selesai, Sandy kembali menyetel video yang kedua. Dimana menampilkan suasana kamar Maureen.

Sinta yang datang membawa bubur, menyuapi Maureen dan yang terakhir membekap Maureen dengan bantal, sampai Maureen kehilangan nyawanya.

Video itupun habis, dan pada saat yang sama pula Sandy menggebrak meja dengan sangat keras.

Brakk

"APA YANG SUDAH KAMU LAKUKAN PADA ISTRI SAYA?!" Teriak Sandy murka.

Santi hanya dapat menunduk, meratapi nasibnya. Awal yang ia pikir akan berjalan mulus, tapi ternyata malah berbelok sangat jauh.

Boys of Transmigation [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang