Welcome back guyss,, ternyata update setiap hari itu sulit yaa huhu, masih banyak kegiatan yang aku jalani jadinya susah kalo harus terus nulis, tapi aku pastikan setiap minggu aku pasti update😍
Okey jangan lupa vote and comment ya guyss, jumlah voment kalian menentukan kapan update-nya cerita ini😍
Happy reading guys❤❤
Part 20
Teror Berlanjut.
.Bingung. Hal itulah yang dirasakan Gung Abim saat ini. Bagaimana tidak, 2 hari lagi adalah pelaksanaan upacara megedong-gedongan atau upacara 7 bulan kandungan Arin, namun yang membuatnya bingung adalah tepat di hari itu juga ia mendapat giliran jaga di UGD rumah sakit. Bukannya tidak ingin memprioritaskan, namun semua juga tau kalau sudah mendapatkan tugas di UGD, sudah pasti tenaga yang diperlukan juga lebih besar karena di UGD banyak pasien yang datang tiba-tiba akibat kejadian darurat.
Ia sudah menyampaikan hal itu kepada Kendra yang juga kebetulan berjaga di UGD. Lelaki itu memaklumi kondisi Gung Abim dan mengijinkannya pulang lebih dulu dengan syarat keesokan harinya harus sudah tiba dini hari. Gung Abim pun menyanggupi perintah Kendra walaupun sebenarnya ia ingin sekali lebih lama bersama Arin.
Malam itu di kontrakan elit para lelaki, Gung Abim tengah menyusun laporan mingguan sambil mendengarkan lagu. Ingin sekali ia menelepon Arin, namun ia tahu persis, istrinya itu pasti sedang sibuk mempersiapkan berbagai hal untuk upacara lusa nanti.
Gung Abim pun menghentikan kegiatannya karena merasa sudah tidak fokus. Ia melepas headset lalu melemparnya pelan ke meja.
"Kenapa aku disini? Harusnya aku pulang!", Gerutu Gung Abim. Ia lalu melangkahkan kakinya keluar kamar menuju teras depan.
Pemandangan malam kota Singaraja begitu mempesona, cuaca tampak cerah dengan langit hitam penuh bintang. Suasana komplek elit itu lumayan sepi karena jauh dari hiruk pikuk jalan raya sehingga damai rasanya jika duduk di teras seorang diri. Hal itulah yang Gung Abim rasakan. Sejenak ia bisa melupakan kebimbangan di hatinya dengan duduk di teras depan rumah.
Lelaki itu tak pernah berhenti memikirkan Arin dan calon bayinya. Sudah 2 minggu ia tidak pulang karena jadwal yang semakin padat. Rasa bersalah selalu menghantuinya, memikirkan Arin yang berjuang sendiri membesarkan kandungannya.
"Suami macam apa aku, gabisa ngebahagiain istri pas lagi hamil besar", Decak Gung Abim menyalahkan diri sendiri.
Tiba-tiba handphone-nya berdering. Ekspresi Gung Abim tampak bersemangat karena ia sudah bisa menebak panggilan itu pasti dari Arin. Namun dahinya mengkerut setelah melihat layar handphone dan mendapati nama Esa terpampang disana.
"Halo Sa, kenapa?", Panggil Gung Abim.
"Kamu baik-baik aja kan disana?", Tanya Esa.
Gung Abim semakin dibuat bingung olehnya. "Kenapa? Tumben nanya gitu", Balas Gung Abim.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Your Imperfection
عاطفيةSetelah satu tahun pernikahannya, akhirnya Gung Abim dan Arin diberi kepercayaan oleh Tuhan untuk memiliki keturunan. Namun ternyata masih ada tantangan yang harus mereka lewati. Akibat kewajiban yang tidak bisa dihindari, dengan terpaksa Gung Abim...