Part 35 - Menerima Kenyataan

605 67 17
                                    

Om Swastyastu, Assalamualaikum WrWb, Shalom, Namo Budaya, Salam Kebajikan..😇🙏

Udah lama kita gak ketemu ya? hampir 6 bulan lamanya nggak update cerita ini, dan aku nggak tau apakah masih ada yang nunggu atau sudah pada bubar, tapi aku berharap masih ada 1 atau 2 orang yang nungguin cerita ini, dan aku sangat bersyukur akan hal itu..😇

Banyak hal yang terjadi selama 6 bulan nggak update, dan salah satunya yaitu pertemuan kedua visual pemeran utama cerita ini yaitu Antonio Blanco Jr dan Devintya Grp.. Aku seneng banget mereka bisa lebih deket, dan dapet waktu yang lebih banyak.. Bahkan Nio pun nemenin sampe kita pulang. Banyak hal yang pengen aku ceritain di pertemuan kedua mereka, karena aku terlibat secara langsung didalamnya. Kapan-kapan aku boleh ya cerita disini?🥺

Ups maaf keenakan ngetik, jadi lupa kalo yang harus dibaca itu Part 35 hehehe..

Absen dulu yuk yang masih setia nungguin..🤗

Happy Reading ma bestie..

.

.

Tepat hari ini, satu anggota lagi hadir menyempurnakan keluarga besar Adi Jayana. Iya! Gista telah melahirkan anak keduanya pagi tadi, dan sekaligus menjadi putra pertama di keluarga kecil Gung Sena dan Gista. Sayangnya Arin tidak bisa melihat langsung proses persalinan itu mengingat dirinya juga mempunyai seorang bayi berusia 1 bulan.

Pagi menjelang siang sekitar pukul 11.00 Wita, situasi di Jero benar-benar sepi. Hanya ada Arin, bayinya dan juga Gus Anan. Seluruh anggota keluarga lainnya berada di rumah sakit, kecuali Gung Abim yang sampai saat ini masih menjalankan coass nya di Singaraja. Sementara Gus Anan memang sengaja berada di Jero untuk menjaga Arin dan bayinya.

Suara tangisan memecah keheningan Jero. Gung Asta rewel di siang itu entah apa penyebabnya. Arin pun dibuat keheranan sekaligus panik. Disaat seperti ini, Gung Abim lah yang selalu menenangkannya.

Suara tangisan itu pun akhirnya sampai ke telinga Gus Anan. Ia langsung berlari menuju kamar Arin untuk mengecek apakah bos-nya itu memerlukan bantuan. Benar saja, begitu ia tiba di depan kamar Arin, ternyata gadis itu juga keluar kamar dengan wajah panik.

"Bu Arin, ada yang bisa saya bantu?", Tanya Gus Anan.

"G-Gus.. bisa minta tolong gak?", Ucap Arin sambil menggendong Gung Asta.

"Iya bu, ada apa?"

"Bisa minta tolong jemput ibuku di Lapangan Renon nggak? Kebetulan ibuku ada acara reunian disana.. aku perlu banget bantuan ibu sekarang..", Sahut Arin dengan wajah panik.

"T-tapi bu, berarti Bu Arin gapapa saya tinggal? Soalnya nggak ada siapa-siapa lagi bu, semuanya ke rumah sakit", Terang Gus Anan.

"Gapapa Gus, Lapangan Renon kan deket.. aku minta tolong ya Gus.. aku perlu ibu untuk saat ini..", Cemas Arin.

Gus Anan pun menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "B-baik bu kalau begitu saya jemput ibunya Bu Arin sekarang.."

"Nanti aku kirimin nomor ibuku ya Gus, kalo udah sampe telpon aja.."

"S-siap Bu.."

Gus Anan lalu setengah berlari menuju parkiran dan segera berangkat ke Lapangan Renon yang jaraknya sekitar 10 Km dari Jero.

Sementara itu tangisan Gung Asta juga belum mereda, Arin pun semakin kebingungan. Ia ajak bayinya itu berkeliling teras kamar sambil bernyanyi kecil. Ia pun berpikir beberapa saat.

"Sekarang bukan kajeng kliwon atau rainan, tapi kok Asta rewel ya.. tumben rewelnya siang-siang.."

Semakin terus menerus mendengar tangisan Gung Asta, semakin Arin dibuat panik dan ketakutan. Apalagi situasi Jero saat itu benar-benar sepi, hanya suara tangisan Gung Asta yang terdengar.

Love Your ImperfectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang