Part 33 - Bukan Orang Biasa

710 81 7
                                    

Happy New Year guyss.. yuhuu selamat memulai tahun yang baru yaa, tentunya dengan semangat baruu.. jangan lupa bersyukur..

Akhirnya bisa update lagi nih,, udah tahun baru aja, masak masih jadi silent reader? hehe yuk bantu aku vote and comment, kalian adalah orang baik dan calon orang sukses.. Astungkara.. Amin

Okey happy reading guyss

.

.

Part 33
Bukan Orang Biasa

Seminggu sudah semenjak hadirnya Gung Asta, putra pertama Gung Abim dan Arin di Jero Agung Denawa, dan selama satu minggu itu pula, banyak kerabat serta teman-teman yang tiada henti memberikan doa dan harapan untuk tumbuh kembang Gung Asta. Semakin cepat hari berlalu, maka semakin dekat pula perpisahan akan terjadi. Iya! Gung Abim harus kembali melanjutkan kegiatan coass-nya di Singaraja. Ia tahu hal itu sangat berat, namun tidak ada solusi lain, selain menunggu saat yang tepat agar ia bisa mengikuti coass sekaligus bisa menjalankan tanggung jawabnya sebagai seorang ayah.

Siang itu, sekitar pukul 12.05 Wita, Gung Abim baru saja terbangun dari tidurnya. Jangan tanya mengapa lelaki itu bangun kesiangan. Hal seperti itu sudah sangat wajar dialami oleh newbie parents sepertinya. Semalaman kemarin, Gung Asta terus menerus rewel hingga Arin sempat hampir menyerah mengatasinya. Kebetulan juga kemarin Wagiswari dan Adi Jayana menginap di rumah dinas sehingga Arin bingung meminta bantuan kepada siapa, kepada Gung Sena dan Gista pun hanya membuat mereka terlihat seperti sangat merepotkan orang lain, sehingga mau tidak mau, Gung Abim dan Arin harus mengatasinya sendiri.

Sekitar satu jam lebih Gung Asta rewel bahkan cenderung sangat histeris hingga membuat Arin ikut menangis saking bingungnya.

"Kamu kok ikutan nangis, sini.. biar aku aja yang gendong..", Sahut Gung Abim. Ia lalu mengambil alih menggendong Gung Asta.

"A-aku gak tega ngeliat dia nangis Bim, sebenarnya ada apa ya kok Asta nangisnya kenceng banget, apa ada rasa sakit tapi kita gatau dimananya ya?", Lirih Arih, ia lalu mengusap air matanya.

Gung Abim lalu berpindah kesana kemari sambil menggendong Gung Asta, berharap bayi itu bisa tenang. Namun tetap saja usahanya sia-sia.

"Mimik susu gamau, ditepuk-tepuk jit-nya juga gak berhenti nangisnya..", Keluh Arin. Mimik berarti minum dan jit berarti pantat.

"Udah ya kamu tenang dulu, kalo ibunya tenang pasti anaknya bisa ikutan tenang, Asta rewel karena pas kamu gendong dia bisa ngerasin keresahanmu..", Ucap Gung Abim berusaha membuat Arin lebih tenang. Ia takut jika nantinya Arin mengalami baby blues yaitu suatu perasaan sedih dan cemas yang dialami oleh 50 – 80% ibu setelah melahirkan.

Tatapan Arin bingung sekaligus cemas, ia takut terjadi sesuatu yang tidak ia sadari terjadi pada Gung Asta.

Gung Abim lalu sekilas melirik ke arah luar jendela. Ia baru ingat jika hari itu ternyata kajeng kliwon, setelah melihat banten segehan di halaman rumah. Banten segehan biasanya ditujukan untuk para bhutakala (energi negatif berwujud sosok yang jahat, menyeramkan, dan suka mengganggu kehidupan manusia ). Segehan dihaturkan untuk menjaga keharmonisan serta meminimalisir adanya gangguan dari para bhutakala secara tak kasat mata.

Love Your ImperfectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang