#50

45.2K 2.1K 296
                                    

Typo berantakan⚠️



__________

Kicauan burung mendominasi dengan sejuknya pagi hari ini, matahari masih malu untuk menampakan dirinya. Berbeda dengan Aylin yang sibuk mengemasi barang-barangnya.

Mendengar suara ricuh dari pergerakan Aylin membuat Adel terbangun dari tidur lelapnya. Ia mengucek matanya untuk menetralkan penglihatan nya.

"Aylin lo mau kemana?" Tanya Adel dengan suara seraknya.

"Gue harus pergi ke bali, gue mau mas Faro jelasin semua sama gue" ucap Aylin.

"Tapi ini masih pagi lin" ujar Adel sesuai Kenyataan.

"Gue gak peduli! Lo ngerti gak sih perasaan gue?!" Ujarnya kemudian terduduk seraya menangis.

Adel merasa bersalah, seharusnya dia hanya diam dan menuruti apa yang Aylin mau.

Ia beranjak dari kasur king size itu menuju Aylin. Ia memeluk erat Aylin seolah menyalurkan semangat.

"Maafin gue yah, gue cuma khawatir sama keadaan lo juga bayi lo. Lo inget kan betapa mengharapkannya ke empat manusia paruh baya atas kehamilan lo?" Ujar Adel.

Yah, Aylin teringat akan hal itu. Sekarang dia tidak sendiri, ada sebuah harapan dalam dirinya yang harus ia jaga.

Adel mulai mengusap bekas air mata Aylin, dan tersenyum ke arahnya.

"Lo sarapan dulu ya, gue buatin susu coklat kesukaan lo .. setelah itu gue bakal telpon Wisnu buat urus semuanya" jelas Adel.

Aylin menampakan seulas senyumnya, ia beruntung memiliki sahabat seperti Adel.

"Makasih yah Del, gue beruntung punya sahabat sebaik lo" Adel pun tersenyum balik kepada Aylin.

__________________

"Pagi Gio!" Seru Lusi dengan senyum riangnya.

Faro yang masih setengah sadar memilih meregangkan badannya yang teras pegal.

"Ih.. Gio bangun!" Lusi menggerakan badan Faro agar sang empu terbangun.

"Kenapa sih?" Tanya Faro menatap Lusi.

"Joging yuk!" Ajak Lusi.

"Ck .. lo aja deh gue males" ujar Faro kembali menutup matanya.

Disela itu, telepon Faro berdering menampakan nama "papa" dilayar ponselnya.

Lusi melihat itu mencoba untuk membangunkan Faro.

"Gio .. itu ponsel lo bunyi" ucap lusi namun tak di hiraukan.

Merasa kesal ia memilih teriak disamping telinga Faro.

"GIO! PONSEL LO BUNYI!" Faro seketika membulatkan matanya dan menggosok telinganya yang terasa plong.

"Bisa kali gak usah teriak" ucap Faro kesal, sedangkan sang empu hanya tertawa.

Faro kembali membulatkan matanya kala melihat nama itu. Ia dengan hati-hati mengangkat telpon dari papanya, Antonio.

"Ha-halo pah--"

COLD CEO is MY HUSBAND (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang