typonya⚠
______________
Faro dan Aylin memutuskan untuk pulang ke Bandung, sekedar menjenguk keadaan kedua orang tua Aylin. Dapat Faro lihat Aylin masih baik-baik saja, tak ada wajah muram yang terhias pada wajahnya. Faro sedikit bernafas lega.
Seperti biasanya jalanan yang macet menguji para pengendara untuk sabar. Tak ada satupun dari keduanya yang berniat untuk memulai percakapan.
Hampir satu jam kemacetan melanda, Aylin mulai menguap tanda ia sangat mengantuk. Hal itu tak luput dari perhatian Faro, ia tahu bahwa istrinya tengah menahan kantuk yang melanda.
Perlahan tapi pasti mata itu tertutup dengan nafas yang teratur tanda Aylin sudah tertidur. Faro tersenyum tipis melihat itu, istrinya begitu imut baginya. Ia tak akan melepas aylin walau ia kembali ragu pada perasaanya.
Entah karena sudah terlelap hingga kepala Aylin hampir menatap pintu mobil, namun dengan sigap Faro menahanya. Dan kembali membenarkan letak tidur Aylin.
"Jika kamu menanyakan apakah saya serius dengan hubungan ini jawabanya adalah iya, Saya tidak mengakui hal itu tempo hari karna saya tak tahu apakah kamu sebaliknya begitu? Fyuh .. rasa yang saya miliki pada Lusi sudah hilang, dan hanya kamu yang pantas singgah dihati saya" monolog Faro.
Faro kembali menjalankan mobilnya agar cepat sampai dimana tempat yang akan mereka tuju. Hampir empat jam perjalanan kini keduanya sampai, Aylin yang sudah bangun pun segera turun dan menghambur kepelukan kedua manusia paruh baya itu.
"Bundaa .. ayah .." teriaknya.
"Aylin .. bunda kangen sama kamu nak" ucap bunda Aylin.
Melihat Aylin tengah membayar kerinduanya bersama kedua orang tuanya Faro tersenyum tipis.
"Eh nak Faro, bunda kangen sama kalian. Kalian apa kabar?" Ucap sang bunda.
"Baik bun" jawab keduanya. Mereka pun dipersilahkan masuk kedalam rumah minimalis itu.
"Duduk dulu, biar bunda bikinin minum"
"Bunda Aylin ikut ya" ucapnya yang langsung mengekor dibelakang bundanya. Ayah Aylin dan Faro melanjutkan perbincangan mereka.
"Gimana rumah tangga kalian?" Pertanyaan sang bunda mampu membuat Aylin menghentikan aktivitasnya.
"Kenapa lin?" Tanya bundanya lagi.
"Eh e-Aylin .. Aylin bahagia kok bun, rumah tangga Aylin juga baik-baik saja .. semua yang Aylin minta pasti dikabulkan sama mas Faro" jelas Aylin. Namun insting seorang ibu tak pernah salah, walau sang anak mengatakan tidak, sang ibu tau kalau dia sedang berbohong.
"Aylin yang antar yah bunda" ucap Aylin dan diangguki oleh bundanya.
"Mas, minumanya" Aylin menyodorkan satu gelas teh hangat buatan bundanya.
Mereka melanjutkan perbincangan mereka, membahas segala sesuatu untuk membayar rindu mereka pada putri semata wayangnya.
Tak terasa hari sudah mulai gelap, Faro dan Aylin memutuskan untuk balik ke Jakarta. Bunda Aylin sudah menawarkan mereka agar menginap hari ini, namun Aylin menolak halus dengan alasan pekerjaan.
Sejujurnya Aylin masih kalut dalam pikiranya, disana terdapat kalimat pertanyaan sekaligus permintaan dari kedua orang tuanya yang belum tentu bisa Aylin sanggupi.
Flashback on
"Faro, Aylin ... Kalian engga ada niatan buat bikinin bunda sama ayah cucu nak?" Tanya sang bunda.
KAMU SEDANG MEMBACA
COLD CEO is MY HUSBAND (TERBIT)
Romantizm(PART LENGKAP!) Banyak rumor mengatakan bahwa kita harus mencari pasangan yang setara, setara dalam pemikiran, finansial dan yang lainnya. Lantas aku bertanya mengapa harus setara? Kemudian mereka menjawab, agar kehidupan yang nantinya kamu jalani i...