Zena keluar kamar dengan seragam yang sudah rapi, ia menghampiri Ibu yang sedang memasak telur, tahu dan nasi goreng putih.
"Bu, masak apa?" tanya Zena.
Tanpa menoleh Ibu menjawab."Kamu gak liat Ibu masak apa?"
"Liat."
"Terus kenapa nanya?"
"Basa-basi lah bu."
"Ck. Udah sana tunggu aja, jangan ganggu ibu."
"Siapa yang ganggu ibu sih?"
"Kamu."
"Ganggu apa coba, orang aku diem."
Ibu membalikkan badan nya lalu menatap Zena kesal."Kamu bawel banget ya!"
"Ibu juga bawel ya, suka gak ngaca gitu!"
"Kamu berani jawab Ibu?!"
"Nah kan. Salah lagi, gak di jawab salah udah di jawab salah juga. Mau ibu apa sih?!"
"Kok kamu yang kesel sih?"
"Aku juga manusia ya bu, punya hak buat kesel."
"Tapi, kamu gak boleh kesel sama Ibu!"
"Siapa yang kesel sama Ibu, aku kesel sama–"
"Siapa?!"
"Bu–"
"Apa?!"
"Telur nya gosong!" teriak Zena kesal.
Ibu masih belum sadar.
"Bu!" ulang Zena tapi kali ini ia matikan kompor nya.
Baru lah Ibu sadar dan menyalahkan Zena."Salah kamu. Kalau kamu gak ngajak Ibu ngobrol gak akan gini, kamu ya ih."
Zena hanya tersenyum pasrah."Iya bu. Aku yang salah, iya bu iya aku yang salah ibu mah gak pernah salah."
"Bagus, emang anak selalu salah."
Zena diam.
Itu lebih baik daripada terus menjawab Ibu nya dan pasti berakhir Zena yang salah, lama-lama Zena serasa jadi cowok yang selalu salah di mata cewek.
Akhirnya mereka makan hanya dengan nasi goreng dan tahu, tapi mereka gak masalah yang penting ada nasi.
Di sela-sela makan Zena berkata."Bu, aku sekarang udah mulai kerja."
"Kerja dimana?"
"Di Cafe temen aku."
"Halal kan?"
"Astagfirullah. Halal dong bu ya kali nggak."
"Gaji setiap bulan berapa?"
Zena berfikir sebentar."Satu setengah juta, bu."
"Gede juga, masih ada lowongaan gak?"
"Kenapa emang, bu?"
"Ibu mau ikut kerja juga, lumayan gaji segitu."
"Udah nggak ada bu, sekarang ibu jangan kerja ya. Biar aku aja yang kerja, nanti gajih aku kasih semua ke Ibu."
"Kebalik. Seharusnya Ibu yang larang kamu kerja, kamu masih sekolah terus sekarang kerja. Emang gak cape?"
"Gapapa bu, aku masih sehat lagian sekalian cari pengalaman juga kan."
"Ibu gak masalah asalkan kamu kerja sepenuh hati, nyaman dan jangan lupa gajih nya kamu tabung buat masa depan."
"Iya bu."
Obrolan pun terhenti karnya Zena harus berangkat sekolah, setelah pamit dengan Ibu Zena berjalan dengan santai sampai jalan raya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kind Villain
FantasyDenia Putri. Pengusaha muda yang sukses di usia yang sangat muda, tidak hanya pintar dalam berbisnis Denia pun sangat multitalenta. Denia bisa memasak? Tentu saja, bahkan orang-orang terdekat nya selalu menilai masakan dia lebih baik daripada Chef b...