C H A P T E R - 42

25K 4.5K 418
                                    

Sepulang sekolah Zena tidak langsung pulang tapi ia mampir ke Cafe nya terlebih dahulu, niat awal nya ia akan mengajak Udan untuk mencari anak jalanan atau orang yang sedang membutuhkan pekerjaan.

Sampai di Cafe Zena langsung masuk dan di sambut oleh seorang pekerja yang kebetulan kerja nya menyambut para pengunjung.

Zena mengangguk sebentar lalu berjalan ke ruangan nya yang berada di lantai tiga, btw semua karyawan di sini udah tau kalo Zena pemilik asli Cafe cuma ya Zena meminta mereka untuk tutup mulut.

Jadi kalo ketemu Zena ya usahakan biasa aja, jangan menunjukan hormat yang berlebihan. Alasan nya simpel sih cuma karna Zena tidak ingin usaha nya di ketahui orang lain dulu dan juga ia sudah menganggap semua karyawan nya keluarga, nah jadi ia tidak membutuhkan rasa hormat berlebihan dari karyawan nya.

Sampai di ruangan ia langsung duduk di kursi dan mulai mengecek keuangan nya dari penghasil sampai pengeluaran, ternyata semua nya berjalan dengan lancar bahkan keuntungan yang Zena dapat di luar dugaan nya.

Setelah memeriksa semua ia langsung menghubungi Udan."Hai Bro!"Sapa Zena.

"Apaan?"

"Gue lagi di atas, lo ke sini. Jangan lupa bawa minum sama makanan."

"Atas mana?"

"Atas langit! Ya, atas lantai tiga lah bego. Udah cepet sini, ada urusan penting nih sama lo."

"Kok deg-deg an ya."

"Jangan bilang lo suka sama gue? Oh, sorry banget Udan. Gue udah punya jodoh yang sekarang lagi di belanda, tolong hapus rasa lo gue gak mau kalo-"

"Lo ngomong apa sih?! Gue deg-deg an takut lo pecat. Lo mikir nya aneh, lagian siapa juga yang suka sama cewek lieur kaya lo."

"Wah asu! Karyawan kurang ajar ya lo, mau gue pecat beneran ha?"

"Off baperan. Gue kesana sebentar lagi."

"Jangan lupa bawa minum sama makanan, bawa Raisa sama si meme juga."

"Raisa sama meme lagi keluar jalan-jalan."

"Sama saha?"

"Ehsan, Fizi."

"Oalah gitu, yaudah lo aja ke sini."

"Iya."

Tut-

Zena langsung mematikan panggilan dan ia menyandarkan punggung nya di kursi, ia menatap langit-langit dengan tatapan kosong.

'Mau sampai kapan gue bohongi mereka, semakin lama gue gak jujur semakin banyak orang yang kecewa nanti nya. Terutama Sean sama Ibu, gue gak bisa kehilangan mereka berdua.'Batin Zena.

Lamunan nya buyar saat Udan dengan tidak tau sopan-santun masuk, Zena menatap nya tidak senang.

"Lo tau sopan-santun gak? Kalo mau masuk ketuk dulu, jangan asal nyelonong. Nanti kalo gue lagi ganti baju atau apa, gimana?"Kata Zena.

Udan menyimpan nampan nya dulu baru ia menatap Zena malas."Gue udah ketuk tuh pintu beberapa kali, tapi gak ada sahutan."

"Lo ketuk pintu? Kok gue gak denger?"

"Gimana mau denger orang lo aja lagi bengong, lagi mikirin apa sih?"

"Mikirin hutang, ya enggak lah. Gue lagi mikirin gimana cara nya bisa kaya secara instan."

"Pengen kaya secara Instan? OPEN BO SOLUSI NYA!"

Detik berikut nya Zena langsung melempari Udan pulpen."Matamu open Bo!"

Kind VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang