"Kau mau teh, Hali? Pagi sejuk begini sepertinya sangat cocok minum teh daun hijau." Tok Abah menghampiri Hali yang tengah melamun di ruang tengah, dengan tatapan kosong menghadap televisi.
"Ah, terima kasih, Tok." Hali tersenyum sopan, menerima secangkir teh hangat dengan asap yang masih mengepul di atasnya.
Hali menyeruput teh itu perlahan, meresapi seluruh rasa yang terasa di lidahnya. Menghirup dalam aroma menenangkan dari the itu. Sama seperti Solar, dia sangat menyukai kedamaian seperti ini. Hingga adiknya yang penyayang tanaman itu menabrak bahunya cukup kencang.
"Ish! Taufan! Thorny! Jangan berlarian! Ini bukan lapangan." Mata ruby Hali memantulkan kilat kemarahan.
"A-ahh. Maaf.. habisnya Kak Taufan daritadi mengejarku." Thorny menciut melihat mata merah Hali yang terlihat semakin menyala ketika marah.
"Sudahlah Taufan. Kamu seperti anak kecil saja." Tok Abah tersenyum, teguran darinya saja terasa begitu hangat. Jauh dari kesan menghakimi.
"Hehe.. okay, Tok." Senyum khas Taufan sambil berpose hormat, sama sekali tidak terlihat jera. Sementara Thorny melayangkan ekspresi kesal pada kakak nomor duanya itu.
"Hali. Sekolahmu itu sudah selesai bukan? Apa rencanamu setelah ini?" Tok Abah mengusap bahu Hali lembut, membuat Hali seketika berhenti mengancam Taufan.
"Iya, Tok. Ujian akhir sudah selesai sekarang tinggal menunggu hasilnya keluar saja. Rencananya aku akan kuliah di universitas yang ada di dekat agensi, karena aku akan kuliah sambil menjalani pelatihan trial agent." Jelas Hali sambil tersenyum sopan. Sejak kecil hidup dengan Tok Abah sebagai orang tua mereka, membuat Hali dan adik-adiknya begitu terbuka dengan Tok Abah.
"Apa kamu sudah memikirkan itu dengan matang? Masa pelatihan memang tidak terlalu berat, tapi apa kamu bisa sambil mengimbangi kuliahmu?"
"Tentu. Aku sudah tidak sabar untuk jadi agent seperti Atok." Hali tersenyum bangga, begitu antusias.
Tok Abah yang berusia setengah abad menjadi agent senior yang masih aktif menjalankan misi. Bekerja di agent swasta adalah profesinya untuk menghidupi ketujuh cucunya itu. Pangkatnya yang tinggi membuatnya agak sibuk sehingga terkadang harus meninggalkan rumah selama beberapa hari. Jika saat itu tiba, Hali dan Gempa yang menjadi pengurus rumah dan menjaga adik-adiknya.
"Kalau begitu, apa kamu mau mendatangi kantor barumu?"
🍁☀🍁☀
"Fuyoo! Tembakan laser itu keren sekali!" Blaze memandangi sebuah shortgun khusus yang didesain untuk mengeluarkan laser yang tersimpan di dalam lemari kaca berisi aneka ragam senjata yang biasa digunakan agent.
"Tidak! Tembakan itu punyaku! Kau cari yang lain saja!" Taufan tiba-tiba berseru. Kebetulan, Taufan juga jatuh hati pada tembakan yang diincar Blaze.
"Mana bisa! Jelas-jelas aku duluan yang mengincarnya!" Untuk Blaze, tidak ada kata mengalah dalam kamus hidupnya.
"Kalian.. sudahlah ikut-ikut, buat ribut pula! Tidak bisakah kalian tidak berisik sampai beberapa jam ke depan? Ini kantor Tok Abah, jangan buat Tok Abah malu!" Hali yang sejak tadi susah payah menahan untuk tidak mengomel, pada akhirnya mengomel juga. Beruntung gudang senjata sedang sepi, jadi bisa dipastikan tidak ada yang mendengar keributan tadi selain elemental bersaudara.
"Sebentar lagi ini juga akan menjadi kantormu, Hali. Kau akan segera terbiasa." Jelas Tok Abah, menghapus kekesalan Hali. Harusnya peristiwa bersejarah ini akan menjadi kenangan yang luar biasa baginya, justru berubah karena keenam adiknya minta ikut.
"Tok Abah benar, kau akan segera terbiasa." Suara berat itu menginterupsi Hali, membuatnya segera menoleh dan mencari siapakah yang berbicara.
"Ko-Komander Kokoci?" Hali seakan tidak percaya, orang yang paling dihormati di agensi ini baru saja menyapanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm the Demigod! (Boboiboy Fanfic AU) {END}
FanfictionDiantara Pekerjaan dan Saudara, mana yang akan kau pilih? Pekerjaan dengan segala gengsi dan jabatannya. Menuntunmu menjadi setinggi bintang di angkasa. Dengan gemerlap sanjungan yang membutakan mata. Atau saudara dengan kepercayaannya yang begitu r...